Jumat, 09
Nopember 2012 : 17:40:43
Hikmah Ibadah Haji
Saudaraku …………………….
Ibadah Haji sudah diperintahkan oleh Allah sejak zaman Nabi
Adam. As. Kemudian sampai generasi Nabi Nuh,
Ka’bah hilang diterjang badai Nabi Nuh. Sampai generasi Nabi Ibrahim
Allah memerintahkan kembali untuk membangun Ka’bah. Setelah selesai membangun
Ka’bah, Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk menyeru seluruh manusia agar melaksanakan
Ibadah Haji ke Baitullah. Nabi Ibrahim bingung, bagaimana aku menyeru kepada
mereka ya Allah suaraku tidak sampai. Aku hanya menyuruh kamu menyeru kepada
mereka, maka Aku yang akan mendatangkan mereka dari segenap penjuru yang jauh.
Seperti firman Allah :
bÏir&ur Îû Ĩ$¨Y9$# Ædkptø:$$Î/ qè?ù't Zw%y`Í 4n?tãur Èe@à2 9ÏB$|Ê úüÏ?ù't `ÏB Èe@ä. ?dksù 9,ÏJtã ÇËÐÈ
27. dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus[984] yang datang
dari segenap penjuru yang jauh,
[984]
Unta yang kurus menggambarkan jauh dan sukarnya yang ditempuh oleh jemaah haji.
Kewajiban
kita hanya menuruti perintah Allah jangan memberikan alasan apapun jika itu
memang perintah Allah. Sebab kalau kita membantah perintah Allah dan merasa
tidak masuk akal maka kita akan mempersulit diri kita sendiri, maka kalau Allah
sudah perintahkan laksanakan dengan sungguh – sungguh niscaya Allah akan
memberikan jalan keluarnya.
Dan
ternyata seruan Nabi Ibrahim memberikan hasil yang nyata dimana dari tahun – ke tahun
semakin banyak orang yang datang berbondong – bondong mengunjungi baitullah
untuk melaksanakan Ibadah Haji.
Saudaraku
……………………..
Ibadah
Haji yang merupakan rukun Islam ke lima, menjadi kewajiban bagi setiap muslim
yang mampu melaksanakannya. Mampu dalam arti : mampu mempunyai kesanggupan
untuk pergi dengan hartanya, mampu dengan ilmunya, mampu dengan kesehatannya,
mampu dengan memberikan bekal kepada yang ditinggalkannya, mampu dengan
kezuhudannya, dalam memberikan contoh sepulang dari menunaikan ibadah haji
sehingga menjadi haji yang mabrur / mabrurah.
Allah
berfirman :
ÏmÏù 7M»t#uä ×M»uZÉit/ ãP$s)¨B zOÏdºtö/Î) (
`tBur ¼ã&s#yzy tb%x. $YYÏB#uä 3
¬!ur n?tã Ĩ$¨Z9$# kÏm ÏMøt7ø9$# Ç`tB tí$sÜtGó$#
Ïmøs9Î) WxÎ6y 4
`tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî Ç`tã tûüÏJn=»yèø9$# ÇÒÐÈ
97. padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim[215]; Barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan
perjalanan ke Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (
Ali – Imron : 97 )
Namun
kenyataannya masih banyak kita temui dalam masyarakat kita, banyak orang menjalankan Ibadah Haji hanya
karena ingin mendapat gelar sebutan pa haji, ada juga yang semata – mata untuk
meningkatkan gengsi dan martabat agar dipandang sebagai orang alim, ada yang
hanya malu karena jabatan, dan ada juga yang semata – mata karena kelebihan
harta maka mereka melakukan haji agar berpengaruh dalam lingkungan
masyarakatnya. Semua itu kita kembalikan kepada niat mereka masing – masing.
“
Inamal a’malu bin niat “.
Kita
jangan sekali – kali memberikan ponis bahwa hajinya haji tomat = pergi tobat
pulang kumat.
[215]
Ialah: tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri membangun Ka'bah.
[216]
Yaitu: orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan
serta sehat jasmani dan perjalananpun aman.
Saudaraku
……
Pada
peristiwa haji ada dua kejadian penting dalam waktu yang bersamaan. Yaitu ibadah
Haji dan Qur’ban. Bagi orang yang melaksanakan Ibadah Haji saat itu mereka
sedang melaksanakan lempar Jummrah. Maka bagi manusia yang tidak melaksanakan
Ibadah Haji, Allah perintahkan untuk berQurban dengan memotong kambing maupun
sapi atau unta menurut kebiasaan tempat dimana mereka tinggal.
Dari
peristiwa rangkaian Ibadah Haji itu mengandung makna yang sangat dalam, dalam
kehidupan kita sehari - hari sehingga haji yang merupakan forum silaturahmi akbar
tahunan bagi seorang muslim dari seluruh penjuru dunia, dari berbagai macam ras
dan suku bangsa, bahasa, dengan tidak memandang kedudukan, pangkat derajat,
yang mereka bawa hanyalah keiklasan dalam beriman kepada Allah.
Haji
dimulai dengan memakai kain Ikram di tempat miqat yang telah ditentukan
tergantung dari mana mereka berangkat. Ada yang dari : Zul Hulaifah ( Bir Ali
), Juhfah ( Jakrona ), Yalamlam, Qarnul Manazil, Zatu’irqin dan bagi
penduduk setempat berikram dari rumah masing - masing.
Ikrom
ini mengganti baju bagi seorang laki – laki dengan dua helai kain yang satu
dibuat sarung dan yang satunya lagi diselempangkan di bahu. Dengan menggunakan
ikrom ini seakan kita telah berserah diri kepada Allah untuk menjalankan semua
yang diperintahkan. Selama memakai kain ikrom kita tidak boleh berbicara yang
kotor berbicara yang mengandung nafsu syahwat, tidak membunuh, tidak mencabut
tumbuh – tumbuhan, tidak menyakiti orang lain, dan harus sabar dalam menerima
semua cobaan selama dalam melaksanakan kegiatan haji.
Kain
ikrom ini mempunyai makna kesederhanaan tidak membedakan antara penguasa dan rakyat jelata, tidak membedakan ras,
golongan, dan bangsa, tidak membedakan warna kulit, tidak membedakan bahasa,
tidak membedakan kedudkan dan pangkat, semua sama tatkala sudah memakai kain
ikrom. Mereka semua bertalbiah untuk memenuhi panggilan Allah :
لَبَيْكَ اللّهُمَ لَبَيْكَ لَبَيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَيْكَ اِنَّ الْحَمْدَ وَالْنِعْمَةَ لَكَ
وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ . ( رواه البخارى و
مسلم )
“ Aku datang memenuhi panggilan
Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan MU, tiada sekutu bagimu, segala puji
dan kebaikan, serta kekuasaan semua milik Mu, tidak ada yang menyekutui Mu “
Kenapa pakaian Ikram hanya menggunakan dua lembar kain yang tidak dijahit
?
Semahal apapun kain yang tidak dijahit, baik itu sutra, bludru, wool, atau
yang lainnya, kalau tidak dijahit tidak akan memberikan rasa mewah, tidak
mempunyai nilai keanggunan dan keindahan. Sebab kain akan berharga dan
mempunyai nilai yang tinggi jika sudah dijahit dijadikan : Jas, Ghamis, Baju Koko,
Safari, dan lain – lain. Apalagi kalau sudah diberi merk, kemudian ditambah
dengan aksesoris yang menawan jadi tambah mahal menjadi kebanggaan si pemakai.
Dengan dua kain ikram ini manusia tidak akan dapat dibedakan mana presiden mana
rakyat, mana orang kaya mana orang mlarat, semua sama tidak ada bedanya yang
membedakan hanya ketaqwaan nya kepada
Allah.
Saudaraku ……………….
Thawab adalah berputar mengelilingi kabah dengan arah berbalik dengan
arah jarum jam. Dimulai dari sudut Hajar Aswad kita memberikan I’tilam yaitu
isyarat dengan mengecup tangan kanan ke bibir yang diarahkan ke sudut Hajar
Aswad, dengan mengucap : “ Bismillahi Allahu Akbar “ maka kita langkahkan kaki
kita mengikuti gerak berputar yang seirama menuju satu titik yaitu Ka’bah. Thawab
adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, yang mempunyai arti
kita harus mengikuti irama kehidupan selama tujuh hari dalam seminggu, yang
berputar tidak pernah berhenti dengan irama mengikiuti gerak dan langkah
kehidupan.
Dalam Thawab ini jangan berpikir bahwa semua nya akan berjalan
dengan irama yang teratur ternyata tidak dalam Thawab ini banyak sekali
peristiwa – peristiwa yang diluar dugaan kita. Padahal kita sudah berpakaian
ikram yang mana kita harus bisa menjaga dari semua perbuatan yang membatalkan
ikram kita. Ternyata kita salah dalam memberikan penilaian dalam Thawab ini, ternyata tidak semua yang Thawaf
menggunakan pakain ikram mereka banyak yang berpakaian biasa sebab mereka tidak
melakukan Thawaf Umroh atau Thawaf Haji tetapi mereka banyak yang melakukan Thawaf
Ifadah, atau Thawaf Sunnah, atau juga Thawaf Nazar. Sehingga masih banyak
manusia yang mengedepankan nafsunya semata – mata ingin mencium Hajar Aswat.
Sehingga mereka bergerak tanpa aturan melawan arus yang menyebabkan mereka
terlindas oleh gelombang manusia yang besar sehingga banyak kejadian yang tidak
kita inginkan, mungkin kehilangan barang, patah anggauta badan, dan luka –
luka disebabkan nafsu manusia yang tidak
terkendali. Padahal semestinya mereka harus mampu mengendalikan diri agar semua
dapat berjalan dengan lancar dan tertib.
Inilah ujian bagi kita yang telah memakai kain ikram untuk lebih
bersabar dan lebih banyak memohon pertolongan kepada Allah agar diberi
keselamatan dalam melakukan Thawaf. Padahal kalau mereka mau bersabar dan
mengikuti arus mungkin malah lebih banyak yang bisa mencium Hajar Aswat
ketimbang dengan menggunakan nafsu kemudian dengan menyakiti saudara kita.
Setelah kita selesai melaksanakan Thawaf dengan tujuh putaran
mengelilingi Ka’bah kita boleh shalat sunnat di makham Ibrahim, kemudian
berdo’a, kemudian ke Hijir Ismail, atau ke Pintu Ka’bah berdo’lah sebab di situ
merupakan tempat – tempat mustajab yang setiap do’a kita akan dikabul oleh
Allah.SWT.
Saudaraku ……………
Kemudian kita keluar menuju tempat sa’i yaitu tempat untuk melakukan
lari – lari kecil dari bukit Safa dan Marwa. Dalam perjalanan ini mengandung
hikmah kita tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Manusia tidak boleh
berkeluh kesah dalam menghadapi semua ujian hidup kecuali berkeluh kesah semata
– mata hanya kepada Allah.
Dalam peristiwa yang menggambarkan perjalanan Siti Hajar untuk
mendapatkan air bagi Nabi Ismail putranya yang sudah kehausan, Siti Hajar pun
menyadari bahwa ditempat itu tidak ada sumber air namun dia tetap berusaha
dengan mendaki bukit Safa dengan harapan barang kali ada perkampungan atau
barang kali ada musafir yang lewat dengan membawa air. Dia naik ke bukit Safa
maka ditebarkan pandangannya keseluruh penjuru maka tidak ditemui orang atau pun
sumber air, kemudian dilihatnya seakan – akan ada air di depannya maka dia lari
dengan harapan dia dapat menemukan air. Ternyata setelah sampai di bukit Marwa
dia tidak menemukan se tetes air pun maka dia naik ke bukit Marwa dan menebar
pandang lagi ke sekeliling barang kali ada orang lewat atau ada perkampungan
yang bisa untuk dimintai air. Kemudian dia memandang lagi kearah bukit Safa
dilihatnya lagi seakan – akan ada air didepan sana maka dia kembali lari menuju
bukit Safa sesampainya di bukit Safa tidak lagi ditemukan se tetes air pun. Hal
ini berulang sampai tujuh kali dengan putus asa dia kembali menemui putranya Ismail sambil
berdo’a ternyata Ismail sudah diam dengan bermain air yang dikira adalah air
kencing. Ternyata air itu adalah yang memancar dan rasanya sangat segar maka Siti
Hajar memuji syukur kepada Allah telah mendengar do’a nya.
Ini merupakan suatu isyarat bahwa jika kita memang yakin dengan
kebesaran Allah kita hanya diwajibkan untuk usaha dengan sungguh – sungguh dan
bila sudah sampai titik kulminasi, titik jenuh, kita belum mendapatkan apa – apa yang kita
cari, kembalikan semua persoalan itu kepada Allah, niscaya Allah akan
memberikan jalan yang terbaik bagi diri kita.
Dalam perjalanan sa’i juga berjumlah tujuh kali balik, ini juga
mengisyaratkan bahwa dalam tujuh hari itu kita harus mampu mengatasi semua
masalah hidup yang silih berganti dengan iklas dan sabar. Sebab persoalan hidup
itu tidak seperti yang kita harapkan semua berjalan sesuai dengan keinginan
kita, semua ketentuan telah diatur Allah sehingga kita tinggal menjalankan
semua perintah Allah dengan sungguh –
sungguh jika kita ingin dibimbing ke jalan yang diridhoi Nya.
Saudaraku ………………
Arafah adalah padang pasir yang sangat luas yang dikelilingi gunung –
gunung. Arafah inilah tempat syahnya haji. “ Alhjji arafah “ haji adalah di Arafah. Maka seluruh jema’ah haji pada hari tanggal 9 zulhijah harus dibawa ke Arafah
untuk melakukan Wukuf demi syahnya haji. Tidak peduli orang yang sakit bahkan
yang sudah di Ambulance dan dalam keadaan koma sekalipun harus dibawa ke Arafah untuk
memenuhi rukun wajib haji. Sebab tidak akan syah hajinya jika tidak datang di Arafah.
Di Arafah kita memikirkan dan
merenung instrusfeksi dari semua peristiwa yang selama ini telah kita jalani dengan renungan
semata – mata hanya untuk mengangungkan asma Allah, memuji kebesaran Allah,
bersyukur kepada Allah, bahwa dengan hidup ini kita diberikan bimbingan
sehingga kita dapat menjadi orang yang beriman dan mau menuruti semua
perintahnya.
Inilah perenungan untuk mencapai tingkat ma’rifat sehingga kita sadar
bahwa kita ini hanyalah makluk lemah, yang akan kembali kepada Sang Khalik sudahkah
kita mempersiapkan bekal untuk kembali keharibaan – Nya ? sudahkah kita
menjalankan semua perintah Nya dengan baik dan benar dan tidak pernah untuk
mencari – cari alasan bahwa ini tidak sesuai dengan aku.
Bila dalam perenungan kita mampu menerbangkan ruh kita seakan – akan
kita mampu berbicara dengan Allah maka alangkah beruntungnya kita sehingga
diharapkan sekembalinya kita menjalankan Ibadah Haji ini akan bisa merubah
semua perilaku kita, akan semakin baik sehingga kita akan mendapat gelar haji
yang Mabrur. “ Alhajjul mabrur laisalhu minjajaul jannah “ haji yang yang mabrur
tiada lain balasannya adalah surga.
Saudaraku …………….
Sehabis ba’dha Shalat Isya kita akan menuju ke Muzhalifah untuk
mengambil batu sebagai persiapan lempar jumroh. Dalam pemandangan di muzhalifah
ini kita merasakan suatu suasana yang syahdu dimana sepanjang mata memandang
kita akan melihat seluruh manusia dengan pakaian ikram berwarna putih, kalau
kita perhatikan seperti mayat – mayat yang berjalan, yang digiring untuk
dihisyab, mereka semua larut dalam kesibukan masing – masing yaitu berdo’a.
Pemandangan ini sungguh membuat bulu kuduk kita berdiri, bagaimana tidak
seakan – akan kita ini seperti mayat yang dihidupkan dari kubur kemudian
bertebaran untuk menunggu hisyaf. Sambil mencari bekal berupa batu – batu
kerikil yang akan kita pergunakan untuk lempar jummrah. Batu – batu kerikil itu
sebagai senjata kita untuk melawan setan – setan yang selama ini mengganggu
kita.
Kemudian setelah lewat tengah malam kita siap – siap untuk melanjutkan
perjalanan menuju Mina untuk melakukan lempar jummrah Aqobah pada hari
tanggal sepuluh.
Saudaraku ……………..
Mina merupakan dataran cekung yang luas namun bila dibandingkan dengan
padang arafah lebih luas arafah, Mina ini mempunyai kelebihan berapapun
manusia yang masuk kedalamnya akan tertampung alias muat sebab Mina ini
ibaratnya seperti rahim seorang wanita. Rahim itu dimasukin janin satu ya cukup
dua ya cukup lima pun cukup. Seperti itulah gambaran Mina.
Di Mina didirikan tenda – tenda buat mabit para jama’ah haji yang akan
melakukan lempar jummrah. Sebakdha shalat subuh kita berangkat lempar jummrah Aqobah
sebanyak tujuh kali lemparan. Ini mempunyai makna bahwa kita membuang seluruh
nafsu setan yang ada dalam diri kita. Sehingga dengan isyarat itu kita minta
kepada Allah agar sifat – sifat setan itu dihilangkan, agar kita menjadi
manusia yang santun lemah lembut dan berbudi pekerti yang luhur.
Bagi yang mau setelah lempar Aqobah ini disunnahkan untuk melakukan
tawaf ifadah yaitu tawaf haji dan boleh bertahalul, dan harus kembali lagi di Mina
sebelum matahari terbenam. Namun ini jarang dilakukan oleh jama’ah haji kita,
mengingat waktu dan tidak tahu tempatnya.
Kita melakukan lempar jumrah yang kedua yaitu pada hari tanggal ke
sebelas, dengan lempar jumrah Ulla Wustha Dan Aqobah.
Hari berikutnya lagi yaitu pad tanggal dua belas, melakukan hal sama
yaitu lempar jumrah : Ulla, Wustha Dan Aqobah. Bagi yang melaksanakan Nafar Awal
maka harus kembali ke mekah untuk Tawaf Ifadah, kemudian Sa’i dan Tahalul maka
semua rangkaian ibadah haji selesai.
Bagi yang Nampar Tsani mereka harus masih nungggu satu hari di hari ke
tiga belas untuk lempar yang terakhir yaitu lempar : Ulla, Wustha Dan Aqobah.
Baru melakukan Tawaf Ifadah dan Sa’i, dan Tahalul.
Saudaraku ………..
Tahalul adalah mencukur rambut sebagai tanda berakhirnya semua rangkaian
haji yang tadinya haram jadi halal. Dengan tahalul mempunyai makna bahwa kita
rela memotong, melepaskan semua keindahan yang menjadi kebanggaan manusia.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah – mudahan ada manfaatnya
terutama bagi diri kami sendiri dan pada umumnya saudara – saudaraku sekalian.
Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar