Senin, 25 Juni 2012

" Harta Jadi Penghalang Saat Sakaratul Maut "


“ Harta Jadi Penghalang Saat Sakaratul Maut “

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ 
وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"   ( Al – Munaafiquun : 63 : 10 )
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ

Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), ( QS : Al Mu’minuun : 23 : 99 ).

Saudara ……………………………..

Manusia itu sungguh sangat mencintai dunia melebihi dari yang menciptakan dunia. Padahal dunia tidak membawa manfaat dikala mereka akan kembali menghadap Sang Pencipta, bahkan menjadi penghalang disaat sakaratul maut. Namun demikian manusia baru tersadar setelah Malaikat juru pati menghampiri dirinya dimana saat itu mereka sedang berkutit dengan nyawanya yang  dipaksa keluar dari jasad. Saat itulah manusia merasa ketakutan yang luar biasa dan minta ditangguhkan umurnya barang sesaat dengan harapan bisa berbuat kebaikan dengan harta yang dimiliki.

Kita sebagai orang yang beriman janganlah harta, istri dan anak – anak sebagai penghalang dalam beribadah kepada Allah. Tapi jadikanlah semua itu sebagai ladang amal ibadah untuk kesempurnaan pengabdian kita kepada Allah SWT. Janganlah kita mencintai mereka berlebihan tetapi cintailah mereka sebagai rasa sayang yang sifatnya hanya untuk mendapatkan kenikmatan dalam menempuh hidup di dunia ini. Sebab mereka semua yang kita cintai akan meninggalkan kita atau sebaliknya kita yang akan meninggalkan mereka. Tinggal waktu yang menentukan apakah kita atau mereka yang duluan pergi.

Saudaraku ………………………….

Mencintai harta yang berlebihan sama saja kita diperbudak oleh harta itu sendiri, padahal semestinya harta itu yang harus kita perbudak untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan hidup kita, memudahkan hidup kita, baik di dunia maupun di akherat kelak. Contoh kita punya mobil karena sayangnya kepada mobil, maka kita sayang untuk memakainya kita hanya puas dengan melihat mengelap dan bangga bahwa mobil kita paling bagus dan mahal. Kalau kita yang diperbudak harta maka kita akan cape untuk mengurus, merawat,merasa takut kehilangan dan kalau benar hilang maka merasa menyesal yang sangat luar biasa, yang membuat dirinya bisa stres. 

Jangan sampai diakhir perjalanan hidup kita, dimana saat kita sudah dalam keadaan sakaratul maut, baru sadar dan memohon kepada Allah untuk ditangguhkan umur kita barang sesaat agar dapat berbuat kebaikan.
Apakah benar seandainya kita diberi tangguh untuk hidup kembali kita benar – benar akan  berbuat kebaikan seperti janji kita ? itu adalah kebohongan yang nyata pada setiap diri manusia yang ingkar, yang tidak beriman kepada Allah. Seandainya benar diberi tangguh mereka hanya akan bilang :

“ Alhamdulillah saya selamat padahal tadi atau kemarin hampir saja mati. Tapi aku masih bisa hidup kembali dengan pertolongan ini dan itu, coba kalau tidak aku sudah mati “.

Jadi andaikata Allah memberi kesempatan untuk hidup kembali manusia itu pasti lupa atau pura – pura lupa dengan apa yang dijanjikan, dan mereka tetap pelit, bakhil dengan hartanya. Itulah sifat manusia di saat bahaya mengancam dirinya mereka selalu berjanji dengan segala macam janji, tapi kalau sudah lepas dari bahaya mereka lupa atau sengaja memang pura – pura lupa.

Dapat diibaratkan seperti orang yang kehilangan dompet karena dicuri atau di rampok, kemudian ada orang yang datang meminjam uang. Padahal dia itu memang terkenal sangat kikir dan raja tega :

“ Bu tolong saya dipinjami uang buat anak saya besuk mau bayaran sekolah “.

Orang itu pasti akan berkata :

“ Aduh bu dompet saya tadi baru dicopet, Coba seandainya dompet saya tadi tidak hilang pasti sudah saya kasih, dan g a usah pinjam dari pada hilang lebih baik saya kasih “.

Kata  – kata seperti itu sudah menjadi klise dalam kehidupan manusia sehari - hari, barang sudah tidak ada baru bisa bilang seandainya masih ada. Padahal kalau ada jangankan ngasih dipinjam saja walaupun ada bilang tidak ada. Hal semacam itu bukan hanya untuk kita – kita saat ini saja, pada zaman Fir’aun pun juga sama minta tangguh saat sudah sakaratul maut, mau mati di tengah laut baru beriman. Semua sudah terlambat, padahal Allah telah memperingatkan dengan berbagai macam peristiwa agar mau tobat !!!!

Saudaraku ,……………………………….

Harta memang perlu untuk kebutuhan hidup manusia, kalau perlu carilah harta sebanyak – banyaknya tapi ingat bahwa dibalik harta yang kita miliki itu masih ada hak – hak orang lain yang harus kita keluarkan : hak anak yatim,  hak janda – janda tua, hak fakir – miskin, dan lain – lain, maka kita wajib mengeluarkan zakat, infaq dan shodaqoh untuk membersihakan harta kita.

Sabda Rasulullah :
“ Carilah duniamu seakan – akan kamu akan hidup selamanya, tapi ingatlah akheratmu seakan – akan kamu akan mati besuk “

Inilah keseimbangan yang diajarkan oleh islam dalam memandang kehidupan ini harus benar – benar seimbang. Jangan berlaku kikir sebab kikir itu tidak akan mendatangkan berkah, sementara loyal, dermawan itu akan membawa kebaikan untuk lingkungan dan diri sendiri. Dan Allah berjanji bahwa dengan zakat infaq dan shadaqoh, tidak akan mengurangi harta kita, bahkan akan dikembalikan yang berlipat – lipat.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al – Baqarah : 2 : 261 )
Itulah janji Allah, dan janji Allah itu pasti benar adanya.

Saudaraku ……………………………………..

Apakah kita tidak boleh kaya ? wow wajib. Orang beriman itu harus kaya, kalau tidak kaya akan menjadi beban orang lain dan akan merendahkan harga diri kita. Bagaimana kita bisa tenang menghdapi hidup ini kalau kita miskin ? padahal zaman ini semua harus serba dibeli dengan uang tanpa uang kita akan sia – sia, untuk makan susah, menyekolahkan anak susah, boro – boro bisa zakat, infaq, shodaqoh, pergi haji dan lain – lain. Cuma yang jadi masalah adalah jangan pelit dengan harta dan jangan mencintai harta melebihi yang memberi harta. Seimbangkanlah untuk urusan dunia dan akhirat.

Wassalam……………………………………………..

Minggu, 24 Juni 2012

" Ranah Cirebonan "


" Ranah Cirebonan "

Saudaraku cerita ini saya sadur dari buku  : Babad Tanah Sunda  / Babad Cirebon.
Penyusun : P.S. Sulendraningrat. Mohon maaf bila ada kekhilafan dalam penyuntingan atau alur cerita.

1.       NEGARA PAJAJARAN

Pertama – tama yang diceritakan perjalanan hidup Pangeran Walang Sungsang, hingga datang ceritaan Yang Sinuhun Susuhunan Cirebon.
Adapun yang dibuka oleh cerita ini adalah menceritakan suatu Praja / Kerajaan di Pejajaran Ratu Agung tanah Sunda yang bernama Sri Sang Ratu Dewata Wisesa, masyhur di sebut : “ Sri Maha Prabu Siliwangi “. Beristri tiga orang  : Ambetkasih, Aci Bedaya, dan Permaisuri Ratu Subanglarang. Sang Prabu berputra empat puluh orang.

Ambetkasih istri pertama putri Ki Gedeng Sindangkasih, seorang Syah Bandar di Cirebon yang sangat terkenal dan mempunyai kekuasaan yang kuat dan besar.

Subang larang istri kedua putri Ki Gedeng Tapa, cucu dari Ki Gedeng Sindangkasih. Subanglarang sebagai permaisuri Sang Baduga Prabu Siliwangi. Berputra tiga orang : Raden Walangsungsang, Nyai Larasantang, dan Raden Raja Sangara.

Acibedaya / aciputih putrid dari Ki Dampu Awang

Pada suatu pasewakan agung  di mana semua sentana raja menghadap Sang Prabu bersabda : “ Wahai anakku Walangsungsang , aku lihat engkau bermuram durja , semu prihatin tidak sama dengan sesama yang kumpul duduk. Apa yang menjadi kesedihan engkau, bukankah engkau calon Prabu Anom yang bakal memangku Negara ? atau ada putri yang engkau inginkan, beritahu saja  sama kanjeng rama putri mana yang engkau sukai, jangan engkau bersedih hati tidak baik bagi seorang pangeran bersedih hati, hanya akan membuat pribawa kraton suram “.

Sang putra menjawab dengan kidmad sambil menundukkan kepala : “ Duhai Gusti, murka Dalem yang hamba mohon, karena tadi malam hamba bermimpi bertemu dengan seorang lelaki yang elok dan Agung memberi wejangan Agama Islam sareat Jeng Nabi Muhammad yang jadi utusan Yang Widi, namun menyesal sekali belum tuntas hamba telah terjaga. Sekarang hamba rindu sekali kepada Agama Islam ,dan ingin belajar mengingat tidak adanya guru untuk meneruskan pelajaran Agama Islam itu , maka mohon izinkan hamba untuk mencari “.

Sang Prabu berkata sambil tersenyum : “ Wahai Walang sungsang anakku engkau anak muda jangan  terlanjur, engkau kena sihir , kena bius Muhammmad yang mengaku anutan , yang jadi dutanya Widi, sungguh dusta seenak nafsunya , karena anutan itu sesungguhnya ya  : “ Yuang Brahma, Yuang Wisnu “ itu sesungguhnya agama Dewa yang mulia. Yang Jagat Nata Pangerannya orang setriloka. Sejak dahulu hingga sekarang para leluhur tidak menghendaki robah “.

Walangsungsang menjawab sambil menyembah : “ Duhai Gusti mohon ampunan Dalem, pengerian , kebijaksanaan dan pemaafan Dalem yang hamba mohonkan, karena hamba lebih condong / suka sareat  Jeng Nabi Muhammmad dan sesungguhnya Illahi yang wajib disembah itu melainkan Allah yang tiada sekutu sesama yang baharu ( makluk ) “.

Sang Prabu murka , karena Sang Putra tidak patuh, bertentangan dengan agamanya . sang Putra dimarahi dan diusir dari Praja Pejajaran.Walangsungsang menjadi suka hati , segera pamit , menghindar dari hadapan Sang Prabu keluar sudah dari Istana, terus berjalan masuk hutan keluar hutan naik gunung turun gunung menuju kearah timur .

Ratu Mas Rarasantang sedang rindu kepada kakaknya, Walangsungsang , menangis siang malam selama empat hari akhirnya Rarasantang bermimpi bertemu dengan seorang lelaki pula yang berupa satria lagi berbau harum memberi pelajaran agama Islam, menyuruh berguru sareat Jeng Nabi Muhammad dan diramal kelak mempunyai suami Ratu Islam dan akan mempunyai anak lelaki yang punjul . Rarasantang segera terbangaun , ingat kepada impiannya  lalu keluar dari kraton ,tanpa ada yang tahu menyusul kakaknya Walangsungsang terus berjalan.

Diceritakan didalam kraton geger panik, karena Sang Putri menghilang meloloskan diri tanpa bekas . Jeng Ratu Subanglarang sangat sedih hatinya menangis menyungkemi Sang Prabu karena kedua putranya hilang. Sang Prabu kaget sekali, segera memanggil menghadap seluruh para putra sentana, Patih , Bupati, para wadya berkumpul Sang Prabu berkata : “ Hai Patih Argatala , Dipati Siput, sekarang carilah Putraku, Dewi Rarasantang hilang dari kraton dan Walangsungsang disuruh pulang. Sungguh jangan pulang bila tidak membawa kedua putraku “.

Patih Argatala menjawab sendika. Ia segera keluar dari kraton mengumumkan kepada seluruh para wadyabala di Pajajaran.  Seluruh rakyat Pajajaran geger dan  panik  lalu seluruh sentona  punggawa menyebar keberbagai penjuru mencari kedua putra Sang Prabu. Patih Argatala mencarinya dengan laku bertapa menuruti perjalanan pendeta. Dipati Siput mencarinya memasuki hutan menuruti perjalanan khewan. Para putra pada bertapa atau berlaku sebagai dukun, sebagian membangun kerajaan. Para wadyabala bubar ke masing – masing tujuannya mereka takut tidak berani pulang sebelum mendapat karya.

Sabtu, 23 Juni 2012

" Manusia Itu Sangat Kikir "


“ Manusia Itu Sungguh Sangat Kikir “
“ Dengan Hartanya “

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَاللهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّ قَنَّ وَلَنَكُوْنَنَّ مِنَ الصَّا لِحِيْنَ. فَلَمَا اَتَا هُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوْابِهِ وَتَوَلُّوْا وَهُمْ مُعْرِضُوْنَ

“ Dari antara mereka ada yang berjanji kepada Allah : Sungguh apabila Dia ( Allah ) memberikan kepada kami akan anugerah – Nya, niscaya kami akan mendermakannya dan kami akan termasuk orang – orang yang shalih. Tatkala mereka telah diberi anugerahnya, mereka berlaku kikir terhadap pemberian itu dan mereka berpaling sedang mereka sama menentang “ . ( QS : Attaubah : 75 – 76 ).

Saudaraku yang saya hormati ……………………………………………………

Manusia itu selalu berkeluh kesah dalam menghadapi kesulitan hidup. Jangankan sampai dalam kondisi papa dan tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk merobah nasibnya. Dalam kondisi masih mampu saja sifat manusia itu selalu berkeluh kesah dengan berkata serba kekurangan. Dan itulah manusia dalam menghadapi hidup di dunia ini. Jangankan orang mlarat orang kaya sekalipun tidak pernah keluar kata – kata untuk bersyukur kepada Allah untuk menerima nikmat yang telah diberikan. Mereka merasa takut bila diminta, merasa takut kalau kehilangan, merasa takut kalau kurang dan sebagainya. Jadi yang ada hanya keluh kesah serba kurang, meminta dan meminta, seakan tak ada kata lain selain meminta dan kurang. Tidak ada manusia itu ingin memberi, bahkan yang ada mereka ingin memiliki walaupun itu milik orang yang tidak mampu sekalipun. 

Biar yang lain kurang, biar yang lain tidak makan, biar yang lain mati asal dirinya selamat. Itulah manusia. Ibarat kata jagad diemperi dan dunia diberikan kepadanya mereka masih merasa kurang dan ingin lebih lagi dengan berbagai macam alasan. Ada yang pingin dihormat karena pangkatnya, ada yang pingin dipuji – puji karna hartanya. Ada yang pingin disanjung karena keberhasilannya, ada yang pingin diamggap ningrat karena keturunannya, dan segala bentuk tetek bengek yang membuat dirinya diakui lebih hebat dari manusia lainnya. Pendek kata mereka harus nomor satu dan paling hebat, dalam segala hal.

Saat susah manusia itu selalu merintih – rintih, menghiba – hiba, rajin menjalankan semua perintah Allah dengan harapan agar Allah segera mengangkat dan mengeluarkan dari semua penderitaan. 
Mereka rajin shalat, jangankan yang wajib / shalat lima waktu, shalat sunnahpun dikerjakan,  kalau perlu sholat “ tetek bengekpun “ juga dikerjakan tetapi tujuannya bukan semata – mata ibadah tapi semata – mata hanya ingin mendapatkan dunia.

Mereka rajin mengerjakan segala macam puasa jangankan hanya puasa wajib / puasa romadhon, puasa sunnah senen kemis, puasa “ tetek bengekpun “ dikerjakan asal bisa mendapatkan harta dunia.

Mereka rajin mendermakan hartanya jangankan hanya zakat, infaq dan shodaqoh kalau  kalau perlu “ tetek bengek infaq shodaqoh “ dikeluarkan tapi bukan untuk lillah, tapi semata – mata hanya untuk tujuan dunia.

Mereka bersilaturahmi kepada para Kyai, Ulama, kalau perlu para “ pandai tetekbengekpun “ juga didatangi selama bisa mendatangkan dunia. ( Para normal, kuburan, pohon, jin setan dll ). Mereka melakukan semua itu tujuannya hanya untuk mendapatkan dunia.

Saudaraku …………………………………………

Kalau dengan usahanya itu ( shalat, puasa, zakat, infaq, shodaqoh, bersilaturahmi )  itu memberikan hasil, dalam urusan dunianya maka mereka akan merasa bangga dan memuji – muji kebesaran Allah “ sesaat “ , setelah berlalunya waktu mereka lupa dan menganggap semua apa yang telah didapat itu semata – mata karena usahanya. Kemudian mereka mengabarkan kepada seluruh manusia yang ditemui dengan bangganya bahwa mereka berhasil dengan sebab : " tetekbengek shalatnya, tetekbengek puasanya, tetekbengek zakatnya, tetekbengek infaqnya, tetekbengek shodaqohnya, tetekbengek silaturahminya, dan segala macam tetekbengek yang lainnya ". Pendek kata semua yang berhungan dengan keberhasilannya dalam mendapatkan dunia itu mereka merasa bangga, dengan mulut berbusa – busa menceritakan kepada manusia. Setelah itu biasanya semua ibadah yang dia kerjakan mulai ditinggalkan seiring berjalannya waktu, kemudian timbul sifat sombong dan takabur diiringi sifat pelit, kikir, medit bin kedekut.

Saudaraku yang budiman …………………………………………………………………………………………..
Tetapi andaikata dalam usaha dengan ibadahnya itu menemui kegagalan maka mereka menjadi prustasi kemudian menyalahkan Allah, bahkan mereka berani mencaci maki Allah dan menganggap Allah itu tidak adil. Mereka berkata : " apa salahku ? apa dosaku ? kurang apa saya " ? semua keluh kesah itu ditujukan untuk menghujat Allah, memprotes kebijaksanaan- Nya. Akhirnya mereka menjadi prustasi dan capai dalam beribadah sehingga menganggap sia – sia semua ibadahnya, shalatnya, puasanya, zakatnya, infaqnya, shodaqohnya, silaturohminya. Sebab semua yang dijalankan tadi ada embel – embel tetek bengeknya selain Allah, hanya untuk mendapatkan dunia.

Padahal semua ibadah yang kita lakukan selain dengan keiklasan semata – mata mengharap ridho Allah akan berujung penyesalan, ketidak puasan, kekecewaan, marah, benci. Sebab ibadah itu bukan semata – mata untuk mendatangkan harta dunia tetapi semua ibadah itu untuk menggiring kita agar dalam menghadapi dunia tidak rakus, tidak tamak, tidak serakah, tidak mementingkan diri sendiri, tetapi dengan ibadah itu untuk membentengi diri kita bila menghadapi kegagalan dan keterpurukan, kita akan kembali dan bersandarkan kepada kebesaran Allah. Sebab apapun yang terjadi ini semua semata- mata hanya untuk menguji iman kita.

Sadaraku yang dikasihi Allah SWT ………………………………………………………………………

Ada sebuah riwayat dimasa Rasulullah, ada seorang sahabat yang bernama Tsa’labah seorang yang mlarat,  rat….rat pada zamannya. Dia hanya mempunyai sebuah sarung yang dipakai untuk shalat dan harus dipergunakan bergantian dengan istrinya di rumah. Maka setiap selesai shalat dia langsung buru- buru pulang agar istrinya bisa shalat dan tidak ketinggalan waktu. Rasulullah selalu memperhatikan Tsa’laba dengan perbuatannya tersebut. Pada suatu hari rasulullah menegur Tsa’laba :

“ wahai Tsa’laba mengapa kamu sehabis shlalat langsung buru – buru meninggalkan masjid tidak mau berzikir barang sesaat, seperti yang lain ? perbuatanmu itu seperti perbuatan orang munafiq “.

Mendapat tegoran itu Tsa’laba hatinya berbunga – bunga dan rupanya ini yang ditunggu – tunggu untuk dapat mengadukan masalahnya kepada Rasulullah.

“ Wahai Rasulullah saya ini orang paling mlarat di tempat ini, saya hanya punya satu kain sarung yang dipergunakan oleh saya dan istri saya untuk shalat, saat saya shalat di masjid istri saya telanjang di rumah menunggu saya pulang baru shalat dengan memakai sarung yang saya pakai ini ya Rasulullah, oleh karena itu saya mohon do’akan saya agar Allah memberikan keluasan rezki berupa harta agar aku dapat membeli sarung dan memenuhi kebutuhanku sehingga aku akan lebih kusyu shalat di masjid ya Rasulullah “

Sabda Rasulullah : 
“ Wahai Tsa’laba sedikit tetapi kamu bisa mensyukuri itu lebih baik dari pada banyak tapi akan menyesatkan kamu, sedang kamu tidak kuat menerimanya “

Tsa’laba pulang sampai di rumah istrinya marah – marah karena Tsa’laba datangnya terlambat dan waktu shalat hampir habis. Tsa’laba memberikan alasan bahwa tadi ditegur Rasulullah sebab saya tidak pernah berzikir seperti yang lain. 
Trus apa jawabmu ? kata istri Tsa'laba.

Maka saya jawab :

“Wahai Rasulullah saya ini orang paling mlarat di tempat ini, saya hanya punya satu kain sarung yang dipergunakan oleh saya dan istri saya untuk shalat, saat saya shalat di masjid istri saya telanjang di rumah menunggu saya pulang baru shalat dengan memakai sarung yang saya pakai ini ya Rasulullah, oleh karena itu saya mohon do’akan saya agar Allah memberikan keluasan rezki berupa harta agar aku dapat membeli sarung dan memenuhi kebutuhanku sehingga aku akan lebih kusyu shalat di masjid ya Rasulullah “

Jawab istrinya : 

“ o ……. iya bagus – bagus terus gimana jawab Rasulullah dengan itu “ ?

Rasulullah menjawab :

“ Wahai Tsa’laba sedikit tetapi kamu bisa mensyukuri itu lebih baik dari pada banyak tapi akan menyesatkan kamu, sedang kamu tidak kuat menerimanya “

Kata istrinya : “ Trus kamu kata apa “

Jawab Tsa’laba : “ ya saya ga jawab apa – apa saya takut dengan Rasulullah “

Kata istrinya : “ Kamu ini bagaimana untuk bisa bertemu dengan Rasulullah itu tidak mudah ini ada kesempatan, bisa ketemu dan diajak bicara kenapa kamu sia – siakan ? padahal kalau kamu mau meminta pasti Rasulullah akan mendo’akan kamu, ingat bahwa do’a Rasulullah itu pasti mustajab. Maka nanti kalau kamu diajak berbicara lagi dengan Rasulullah minta supaya dido’akan supaya hidup kita berubah menjadi lebih baik. Memang kamu mau jadi orang mlartat terus ? itu kesempatan ingat itu “

Hari berikutnya begitu  selesai shalat Tsa’laba sudah siap siap ingin kabur tetapi ini hanya dengan kepura- puraannya agar ditegor lagi oleh Rasulullah. Benar saja Rasulullah menegur kembali : 

“ Tidak bisakah kamu berhenti sejenak walau hanya mengucapkan astagfirullah Tsa’laba “ ?

“ Tidak bisa ya Rasulullah kasihan istri saya menunggu kain yang saya pakai ini. Gara – gara kemarin saya datang terlambat istri saya hampir – hampir terlamnbat shalatnya. Maka saya mohon sudilah Engkau mendo’akan aku agar Allah memberikan keluasan rezki berupa harta agar aku dapat hidup kecukupan agar lebih kusyu dalam beribadah ya Rasulullah “

Kata Rasulullah : “ Tidakkah ada teladan yang bagus pada diri Rasulullah untukmu, demi Allah yang jiwa saya ditangan – Nya, kalau sekiranya saya menghendaki gunung – gunung itu menjadi emas dan perak niscaya Allah pasti akan menjadikan gunung – gunung itu menjadi emas dan perak untukku. Tetapi apakah aku lebih kaya dari pada yang lainnya “ ?

Kemudian Tsa’laba tidak bisa berucap apa – apa dan kembali ke rumah dengan tergesa – gesa sebab takut istrinya terlambat shalat. Sampai di rumah belum sempat bicara apa – apa istrinya sudah membrondong dengan berbagai macam pertanyaan dari pada mementingkan shalat.

“ Bagai mana bang ketemu dengan Rasululllah lagi ga dan ditanya apa lagi bang “ ?

Jawab Tsa’laba : “ Ketemu dan ditanya lagi saya sudah ajukan permohonon tapi belum dikabulkan juga “

“ Apa kata rasulullah bang " 

Istrinya malah tidak shalat – shalat, malah bertanya melulu takut kehilangan berita penting.

 Jawab rasulullah : “ Tidakkah ada teladan yang bagus pada diri Rasulullah untukmu, demi Allah yang jiwa saya ditangan – Nya, kalau sekiranya saya menghendaki gunung – gunung itu menjadi emas dan perak niscaya Allah pasti akan menjadikan gunung – gunung itu menjadi emas dan perak untukku. Tetapi apakah aku lebih kaya dari pada yang lainnya “ ?

Kata istrinya : “ Trus abang jawabnya apa “ ?

Tsa’laba : “ Apa yang mau saya jawab, saya ga berani menjawab memang jawaban Rasulullah itu benar adanya “

Istrinya : “ Kamu itu gimana sih bang itu Rasulullah imannya kuat dan dijamin Allah dalam kehidupannya tapi  kita ? Bilang aja bang besuk kalau ditanya lagi bilang saja kalau Rasulullah kuat tapi tidak dengan saya maka paksakan Rasulullah untuk mendo’akan kita, agar kita bisa lebih kusyu’ dalam beribadah. Kapan  lagi kamu mempunyai kesempatan bertemu dengan Rasulullah “

Pada hari ketiganya Tsa’laba berbuat seperti hari – hari sebelumnya dan itu juga mendapat respon dari Nabi dan berkata : 

“ Wahai Tsa’laba tidakkah ada waktu barang sesaat untuk berzikir kepada Allah “ ?

Maka dengan dengan segala upaya Tsa’laba untuk meyakinkan Nabi agar mau mendo’akan agar jadi orang yang berkecukupan dalam hal rezki harta. Maka nabipun pada akhirnya mengabulkan permintaan Tsa’laba dan berdo’a :

“ Ya Allah berikanlah kepada Tsa’laba akan rezki harta “

Kemudian Tsa’laba diberi seekor kambing oleh Rasulullah dan kambing itu dengan cepat beranak pinak, dalam waktu yang singkat kambing – kambing itu telah  memenuhi kota Madinah. Tsa’laba semakin disibukkan dengan kambing – kambingnya hingga penggembalaannya keluar dari Madinah.

Semula sebelum banyak kambingnya benar – benar Tsa’laba semakin rajin ke masjid dan selalu berzikir seperti yang diharapkan Rasulullah. Tetapi semakin hari– semakin jauh dia menggembalakan kambingnya hingga keluar Madinah pergi pagi pulang petang, sehingga shalatnya semakin tidak teratur. Yang biasanya setiap waktu pasti tidak ketinggalan sekarang tinggal  bisa shalat magrib dan subuh. 

Semakin lama magrib dan subuhpun sudah jarang kelihatan hanya hari Jum’at. Begitu seterusnya hingga pada akhirnya sama sekali tidak kelihatan ke masjid selain hari Raya Idul Fitri dan Idul Addha.

Suatau hari Rasulullah teringat kepada Tsa’laba dan bertanya kepada para sahabatnya :

“ Apa yang diperbuat oleh Tsa’laba “ ?

Jawab para sahabat :

“ Ya Rasulullah dia telah beternak kambing hingga jurangpun tidak memadai “

Jawab Rasulullah :

“ Celaka Tsa’laba “

Maka turunlah ayat yang mewajibkan zakat seperti tersebut diatas. Rasulullah mengutus dua orang laki – laki untuk menarik zakat kepada orang – orang yang mampu dan pada akhirnya mereka sampai juga kepada Tsa’laba dan menyampaikan pesan Rasulullah kepada Tsa’ laba untuk mengeluarkan zakatnya. Tsa’laba tidak memberi bahkan berkata :

“ Ini hanyalah pajak atau yang semitsal , pulanglah kalian saya akan memikirkannya dulu “.

Ketika kedua utusan itu sudah sampai dan mau melapor kepada Rasulullah sebelum melapor Rasulullah telah berkata :

“ Celaka Tsa’laba yang kedua kalinya “.

Saat itu ada sanak kerabat Tsa’laba yang mendengar sabda Rasulullah ayat itu turun kemudian mencari Tsa’laba dan menceritakan peristiwa itu kepada Tsa’laba.
Kemudian Tsa’laba menemui Nabi dengan membawa shadaqoh. 

Nabi bersabda :

“ Sungguh Allah melarang saya menerima shadaqoh dari kamu “

Tsa’laba menyesal dan menaburkan pasir dikepalanya.

Rasul bersabda :

“ Ini adalah perbuatanmu sendiri yang sungguh aku telah memerintahkan engkau untuk shadaqoh tapi tidak kamu laksanakan “.

Hal ini hinggga Nabi wafat dan digantikan oleh Abu Bakar, Tsa’laba pun berusaha untuk memberikan zakatnya :

“ Terimalah zakat saya ini wahai Amirul Mukminin “ .

Abu Bakar menjawab :

“ Bagaimana mungkin aku akan menerima zakatmu Tsa’laba ? sedang Yang Mulia Rasulullah saja tidak mau menerimanya “ ?

Hal ini berlanjut hingga Kekhalifahan Sayidina Umar bin Khatab. Tsa’labapun masih berharap dapat memberikan zakatnya :

“ Terimalah shadaqoh saya ini wahai Amirul Mukminin “.

Jawab Sayidina Umar :

“ bagaimana aku akan menerima shadaqohmu Tsa’laba, sedang yang Mulia Rasulullah dan yang benar Abu Bakar saja tidak mau menerima “.

Kemudian digantikan oleh Sayidinan Utsman dan Tsa’laba masih tetap berharap untuk menyerahkan zakatnya :

“ Terimalah zakatku ini wahai Amirul Mu’minin “.

Jawab Sayidina Utsman :

“ Bagaimana aku akan menerima zakatmu sedang yang Mulia Rasulullah saja tidak mau menerima dan kedua penghuluku juga tidak mau menerima apalagi saya ? bawa pulang lah semua zakatmu ini wahai Tsa’laba “.

Hingga akhri hidupnya tsa’laba menyesali perbuatannya, dan semua siksa ini disebabkan karena kekikirannya disebabkan sangat cintanya kepada harta dunia.

Saudaraku yang diRahmati oleh Allah SWT ………………………………………………………………………….
Dengan gambaran yang seperti itu maka janganlah kita merasa bangga denga harta yang kita miliki kalau kita tidak dapat membelanjakan kepada yang haq demi kemuliaan agama kita. Mari kita berlomba – lomba untuk beramal denga apapun yang kita miliki. Selemah – lemah amal adalah dengan senyuman maka tebarkan senyum demi saudara kita, sejukkan hatinya dengan senyum yang manis sesama kita. amiin.


Rabu, 20 Juni 2012

" Lupit "


بسم الله الر حمن الر حيم
السّلم عليكم ورحمت الله وبرّاكته

“ LUPIT “

Gambaran " Lupit " dalam versi wayang golek Ki Entus Susmono

Lupit adalah kakak Slenteng berbadan gendut,dia berpenampilan tidak jauh berbeda dengan Slenteng Cuma lebih perlente. Ciri utamanya berkain sarung dengan kopiah berbaju koko, bercelana serba hitam serba komprang bak jawara. Dari penampilan Lupit lebih berwibawa, lebih keren, lebih perlente. Bicaranya menggema penuh wibawa walau kadang sedikit pelok.

Lupit lebih mengutamakan kejujuran mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan pribadi. Dia tidak perduli dengan keadaan dirinya mau difitnah dihina bahkan diancam hidupnyapun lupit tidak pernah mersa takut. Hanya saja dia selalu berpikir kenapa masih ada orang – orang yang berbuat nista dan ingin menghancurkan orang lain hanya sekedar ambisi, kepentingan pribadi, yang dikejar semata – mata hanya dunia.

Lupit memandang kehidupan ini tidak bedanya dengan sandiwara maka dia tidak heran dengan tingkah polah manusia yang beragam dia hanya melihat apa adanya yang dilihat, mendengar apa adanya yang didengar, tidak pernah memasukkan semua itu dalam hati dan pikiranya. Lupit memandang lepas dunia ini dengan segala gerak dan isinya semata – mata hanya memuji kebesaran Illahi. Lupit selalu berdo’a untuk ketentraman dunia seisinya.

Lupit berpenampilan bloon penuh wibawa, wajahnya tak pernah mengisyaratkan kesedihan yang ada hanyalah kelugasan kejujuran dengan senyum yang selalu mengembang dibibirnya. Dia tidak pernah berbohong walau sekecil apapun. Dia sosok yang sudah mungkur ing kadonyan. Dia hidup sangat sederhana,  merasa cukup dengan apa yang ada tidak pernah meminta yang aneh – aneh, selalu bersyukur dengan yang dimiliki. Semua dia pasrahkan kepada kekuasaan Allah yang mengatur segala hidup manusia.
Dia sangat anti kekerasan tetapi bukannya takut bila memang dibutuhkan. Masalah baginya tidak perlu dicari tapi bila datang juga tidak harus dihindari. Semua dihadapi dengan keyakinan bahwa kebenaran itu pasti akan menang. Bila menghadapi masalah tidak ada musuh – musuhnya yang bisa mengalahkan sekalipun pejabat. Sebab lupit adalah gambaran kekuatan rakyat yang mempunyai kekuatan maha dahsyat bila sudah marah. Bahkan banyak pejabat yang mencari bila mereka menemukan masalah yang tidak dapat diselesaikan  untuk mendapatkan solusi.

Dia seorang rakyat yang berjiwa kyai, berjiwa ulama, berjiwa sufi ibaratnya seperti “ Abunawas “. Lupit tidak bangga dengan pujian, tidak malu karena dihina. Hinaan, cacian serta tuduhan yang jelek – jelek sering dilontarkan kepada dirinya tetapi dia tidak pernah mengambil hati,  dibiarkan semua berlalu dengan berjalannya waktu. Fitnah sering ditimpakan kepada dirinya tetapi dengan senyum dia menerima semua dan semua fitnah itu pada akhirnya kembali kepada yang memfitnah.
Kalau sudah marah Lupit dapat merubah apapun yang dikendaki, maka dia akan menjadi seorang satria yang gagah perkasa dan melawan keangkara murkaan yang terjadi, semua di tumpas dengan gagah berani. Namun setelah itu dia kembalikan kepada kedudukan yang sebenarnya, dia tetap kembali kepada rakyat sebab dia selalu memegang amanah yang sebenarnya.

lupit selalu memuji kebesaran Sang Illahi. Hidupnya telah dipasrahkan total dengan qodho dan qodar Nya. Dia tidak merasa canggung berhadapan dengan para pejabat, yang besar, tidak merasa besar bila menghadapi rakyat yang kecil. Dia memandang kehidupan ini sebagaimana adanya. Tidak pernah mengeluh dengan kekurangan juga tidak pernah bangga dengan kelebihan. Bila mendapatkan nikmat dari Allah dia kembalikan kepada yang membutuhkan, bila mendapatkan kekurangan tidak pernah mau meminta kepada manusia.

Dia berkeyakinan manusia itu bukan tempat meminta sebab tidak ada manusia diminta itu pasti memberi walaupun sebenarnya mereka punya. Maka dari pada meminta manusia dengan mengorbankan rasa malu lebih baik minta kepada Allah yang memelihara hidupnya.

Dia tidak pernah menyembunyikan tangannya untuk memberi bantuan kepada setiap manusia walaupun dia sendiri kekurangan. Dalam hidupnya tertanam keyakinan : 

“ tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah “. 

Dan bersemboyan : 

“ Kalau memang itu rezkiku pasti akan samapai ketanganku, bila itu bukan rezkiku maka akan hilang dari tanganku “. 


Selasa, 19 Juni 2012

" slenteng "


بسم الله الرحمن الرحيم
السّلم عليكم ورحمت الله وبرّاكته

 " SLENTENG "

Slenteng sosok seorang santri kampong dengan penampilan yang kas kekampungannya dalam versi wayang golek Ki Entos Susmono, dengan sarung kumal di slempangkan di bahu dan sebuah kopiah lusuh menempel di kepala dengan baju koko dan celana hitam bak seorang jawara. Dia gambaran sosok rakyat jelata. Dia sosok yang lugu penuh dengan kejujuran kalau bicara apa adanya dengan logat sedikit agak cempreng, seperti kaleng rombeng, suara parau bindeng. Slenteng gambaran rakyat jelata yang lugu, berpegang teguh pada kejujuran dan kebenaran. Dia tidak pernah merasa takut dan gentar menghadapi suatu keadaan. Otaknya cerdas walau kelihatan bodoh dia disegani lawan maupun kawan. Sebab bicaranya selalu tepat walau kadang seperti tidak pernah dipikirkan.

Slenteng berpenampilan bloon penuh tawa wajahnya terkesan melankolis lucu tak pernah mengisyaratkan kesedihan yang ada hanyalah kelugasan kejujuran dengan senyum yang selalu mengembang dibibirnya. Dia tidak pernah berbohong walau sekecil apapun. Dia sosok yang sudah mungkur ing kadonyan. Dia hidup sangat sederhana,  merasa cukup dengan apa yang ada tidak pernah meminta yang aneh – aneh, selalu bersyukur dengan yang dimiliki.

Slenteng sangat anti kekerasan tetapi bukannya takut bila memang dibutuhkan. Kekerasan tidak perlu dicari tapi bila datang juga tidak harus di hindari. Bila menghadapi masalah tidak ada musuh – musuhnya yang bisa mengalahkan sekalipun pejabat. Bahkan banyak pejabat yang mencarinya bila mereka menemukan masalah yang tidak dapat diselesaikan  untuk mendapatkan solusi.

Dia seorang rakyat yang berjiwa kyai berjiwa ulama berjiwa sufi ibaratnya seperti “ Abunawas “. Slenteng tidak bangga dengan pujian, tidak malu karena kekurangan dan kemelaratan, dia tidak merasa sedih karena dihina. Hinaan dan cacian serta tuduhan yang jelek – jelek sering dilontarkan kepada dirinya tetapi dia tidak pernah mengambil hati,  dibiarkan semua berlalu dengan berjalannya waktu. Fitnah sering dilontarkan kepada dirinya, tetapi semua fitnah itu akan kembali memakan kepada yang memfitnah.

Slenteng selalu memuji kebesaran Sang Illahi. Hidupnya telah dipasrahkan total dengan qodho dan qodar Nya. Dia tidak merasa kecil berhadapan dengan yang besar, tidak merasa besar bila menghadapi dengan yang kecil. Dia memandang kehidupan ini sebagaimana adanya. Tidak pernah mengeluh dengan kekurangan juga tidak pernah bangga dengan kelebihan. Bila mendapatkan nikmat dari Allah dia kembalikan kepada yang membutuhkan, bila mendapatkan kekurangan tidak pernah mau meminta kepada manusia.

Dia berkeyakinan manusia itu bukan tempat meminta sebab tidak ada manusia diminta itu pasti ada walaupun mereka punya. Maka dari pada meminta manusia dengan mengorbankan rasa malu lebih baik minta kepada Allah yang memelihara hidupnya.

Dia tidak pernah menyembunyikan tangannya untuk member bantuan kepada setiap manusia walaupun dia sendiri kekurangan. Dalam hidupnya tertanam keyakinan “ tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah “