Senin, 07 September 2015

UJIAN SHALAT JUM’AT

Senin, 7 September 2015
UJIAN SHALAT JUM’AT
Untuk meningkatkan keimanan seorang muslim dalam beribadah kepada Allah yaitu ibadah shalat Jum’at. Shalat Jum’at adalah ibadah mingguan yang dilakukan pada hari Jum’at. Ibadah ini di batasi oleh Tempat dan Waktu. Tempat harus di Masjid, waktu adalah waktu Dzuhur dengan ketentuan dan syariat yang telah ditetapkan.  

Ujian untuk shalat Jum’at adalah : “ Tidak Boleh Berbicara Setalah Memasuki Masjid “. Kita hanya diperkenankan untuk berzikir, mengagungkan asma Allah dan memuji kebesaran Nya. Kalau kita menganggap shalat Jum’at ini juga hanya merupakan suatu hal yang biasa, maka kita juga hanya akan mendapatkan hal yang biasa tidak ada keistimewaan didalam melaksanakan shalat Jum’at. Namun bagi orang yang mampu mengambil hikmah dibalik semua yang tersurat maka shalat Jum’at ini mempunyai nilai yang sangat luar biasa. Kenapa ? Sebab didalam diamnya shalat Jum’at kita akan merasakan Allah akan menata keimanan kita dan menurunkan nur illahi ke dalam hati kita. Sebab dengan diam dan kusyu’nya zikir kita dalam mengabdi kepada Allah, ini akan membuahkan cahaya kebenaran dalam hati kita. Intinya lihatlah apa yang bias kita lihat, dengarkan apa yang bias kita dengar, tapi jangan memberikan penilaian apapun, apa lagi memberikan komentar. Diaam !!! ya ….. D I A M ! ! ! itu yang harus kita lakukan. Dan ini merupakan suatu latihan nanti jika kita akan melaksanakan Ibadah Haji.

Diam bukan berarti tidak berpikir, diam bukan berarti tidak memaknai tapi diam di hari shalat Jum’at adalah merenung dan mengagungkan asama Allah. Nanti setelah kita lewat dari ujian yang waktunya paling lama hanya 1 satu jam bolehlah kita berkomentar selama hal itu diperlukan dan memberikan dampak kebaikan bagi masyarakat dan diri pribadi. Selama komentar itu tidak memberikan efek kebaikan lebih baik D I A M   !!!. Kenapa kita tidak memanfaatkan waktu yang sangat singkat itu untuk beribadah yang sebaik – baiknya.

Sebab dengan waktu yang singkat itu jika kita gagal dalam melaksanakan maka akan membawa kerugian yang sangat besar. Dan untuk menunggu Jum’at yang akan datang belum tentu kita menemuinya. Padahal pada hari Jum’at itu Allah akan mengampuni dosa – dosa kita dari Jum’at ke Jum’at yang akan datang. Alangkah ruginya jika kita tidak terampuni dosa kita di Jum’at yang akan berjalan dan kita mati jadi kita akan menanggung dosa yang kita lakukan. Sebab kita tidak mempunyai deposito dalam perjalanan Jum’at kedepannya.

D I A M L AH wahai saudaraku di setiap hari Jum’at dimana kita telah memasuki Masjid !!!

UJIAN SHALAT HARIAN

Shalat harian hanya dibatasi oleh waktu shalat yang telah ditetapkan oleh nabi berdasarkan contoh shalat yang di contohkan oleh malaikat Jibril. Tempat boleh dimana saja yang penting bersih dan suci dari hadats dan najis. Boleh di masjid, mushola, rumah, pinggir kali, pinggir jalan, di hutan, di pantai, di kendaraan dan tempat – tempat manapun yang penting bisa untuk shalat. Boleh dilakukan sendiri, maupun berjama’ah. Tetapi dalam shalat harian ini di utamakan shalat berjama’ah. Sebab diganjar lebih banyak 27 derajat dari pada shalat sendiri.  Dan ini merupakan ujian bagi seorang muslim dalam menjalankan shalat yang mampu meningkatkan keimanan kita.
Shalat harian ini merupakan suatu pondasi seorang muslim untuk melaksanakan ketaatan kepada allah. Dan shalat tidak boleh ditinggalkan baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Dalam keadaan kaya maupun miskin, dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan iklas maupun terpaksa, bahkan kalau sudah tidak mampu shalat baik dengan berdiri, duduk, berbaring, isyarat, matipun harus dishalatkan.
Betapa pentingnya shalat ini sebab shalat merupakan suatu tiang agama. Ashshalatu imaduddin waman tarokaha faqod aqamadin waman tarokaha faqod hadamadin. Shalat adalah tiang agama barang siapa mendirikan shalat berarti dia menegakkan agamanya dan barang siapa meninggalkan shalat maka dia merobohkan agamanya. Dan shalat ini dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Inna shalata tanha anil fa’sai walmumkar.
Oleh karena itu jika kita melaksanakan shalat tetapi masih berbuat keji dan mungkar yang salah bukan shalatnya tetapi kita belum mampu mengendalikan nafsu kita dan kita belum memahami shalat secara hakiki. Kita baru menjalankan shalat. Shalat belum tembus kedalam hati kita. Shalat yang seperti ini hanya akan membuat cape diri kita pada akhirnya kita merasa terbebani dengan shalat. Padahal shalat adalah kebutuhan bagi kita. Kita yang butuh sebab shalat adalah tolok ukur amal ibadah kita nanti di yaumil akhir. Barang siapa baik shalatnya insyaallah baik seluruh amal ibadahnya dan barang siapa jelek shalatnya maka jelek seluruh amal ibadahnya.

Untuk itu jangan tinggalakan shalat dan jangan merasa terbebani dengan shalat, tetapi jadikan shalat adalah kebutuhan kita.