Senin, 23 Juli 2012

Idul Adha





Makna Idul Adha


Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karuna ni’mat-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya termasuk kita semua. Amiin

Allah berfirman :
  
$¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ  

102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".


Idul Adha yang merupakan suatu fenomena kehidupan Nabi Ibrohim as. Untuk menguji keimanan dan keyakinannnya kepada Allah SWT, dengan diperintah mengorbankan putra kesayangannya Ismail as. Peristiwa ini telah memberikan suatu makna yang sangat luar biasa bagi kehidupan generasi manusia sesudahnya. Yaitu kewajiban untuk mendidik anak – anak kita, agar menjadi generasi yang tangguh yang rela berqurban demi perjuangan dalam menegakkan kebenaran, dan juga kewajiban bagi setiap muslim yang mampu untuk mengadakan qurban dengan menyembelih hewan qurban, baik Unta, Sapi atau Kambing.

Peristiwa ini sungguh sangat menggemparkan dunia seisinya, bahkan  Iblis laknatullah pun ikut sibuk dalam usaha untuk menggagalkan niat Nabi Ibrahiim as. Iblis dengan berbagai macam cara berusaha untuk mengendorkan niat Nabi Ibrahiim as, Istrinya Hajar dan  putranya Ismail. as. Bahwa perbuatan yang diperintahkan itu adalah salah, namun semua usaha Iblis itu gagal bahkan matanya pecah kena lemparan batu oleh Nabi Ismail as.

Ketika Nabi Ibrahim hendak melaksanakan perintah Allah untuk mengorbankan Ismail anaknya dia berkata kepada istrinya Hajar :

“ Pakaikan anakmu Ismail dengan pakaian yang bagus dan minyakilah rambutnya sebab aku akan bertamu kepada – Nya “.

Hajar pun memakaikan pakaian yang bagus memberi minyak rambut  dan menyisir rambut Ismail. Kemudian Nabi Ibrahim membawa tali dan pisau pergi bersama Ismail ke dekat kota Mina.

Iblis terkutuk sejak diciptakan tidak sesibuk pada hari ini dia seperti kebakaran jenggot dan sok menjadi pahlawan dia memberi nasehat kepada Nabi Ibrahim :

“ Wahai Ibrahim kau mau kemana ? pergi dengan anakmu Ismail membawa tali dan pisau “ ?

“ Aku akan bertamu kepada Allah untuk mengorbankan anakku Ismail “.

“ Ibrahim sejak kapan ada Allah menyuruh berbuat kemungkaran dan menyuruh membunuh manusia ?. Coba  lihat anakmu apakah engkau tidak memperhatikan wajahnya yang tampan, lembut parasnya, santun prilakunya dan ini anak yang kau idam – idamkan selama ini kenapa kau menuruti perintah yang tidak pasti hanya mimpi “ ?

“ Tapi aku diperintah untuk itu pergilah kau terkutuk “.

Iblis pun gagal menggoda Nabi Ibrahim, maka dia pergi menemui Hajar :

“ Wahai Hajar kenapa kau enak – enak duduk tahukah kemana perginya suamimu membawa pisau dan tali dengan anakmu sementara kamu diam saja “.

“ Aku tidak tahu “.

“ Dia pergi akan menyembelih Ismail apakah kau tidak mengerti “.

“ untuk apa dia menyembelih anaknya “.

“ Dia berpikir disuruh Tuahnnya “.

“ Nabi itu diperintah bukan untuk yang batil andaikata saya sendiri yang diperintah akan saya laksanakan bagaimana kalau cuma dengan anakku ? Enyahlah kau Iblis “.

Iblispun gagal menggoda Hajar kemudian kembali lagi menemui Ismail :

“ Wahai Ismail kamu bersenang – senang sementara bapakmu membawa tali dan pisau untuk menyembelihmu “.

“ Kami memperhatikan dan mentaati perintah Tuhanku “.

Iblis mau memberikan jawaban lagi tapi keburu Nabi Ismail mengambil batu dan melemparkan kena mata Iblis sehingga pecah yang sebelah. Lalu Iblis pergi dengan sia – sia.
                                                                                   


Dari peristiwa ini dapat kita ambil hikmah diantaranya bahwa kita harus mampu mendidik anak-anak kita agar menjadi anak yang soleh, sabar dalam menghadapi segala masalah, seberat apapun masalah yang menimpa kita pasti ada jalan keluar yang baik. Sebab dibalik kesulitan ada kemudahan dan dibalik kesulitan ada kemudahan seperti apa yang telah Allah firmankan dalam surah : Al – Insyirah

¨bÎ*sù yìtB ÎŽô£ãèø9$# #·Žô£ç ÇÎÈ  
¨bÎ) yìtB ÎŽô£ãèø9$# #ZŽô£ç ÇÏÈ  

5. karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.


Sehingga tertanam dalam jiwa mereka rela untuk berqurban, baik jiwa dan raga bila memang dibutuhkan untuk kepentingan jihad fi sabilillah.

Kita menyadari betapa sulitnya untuk mendidik anak-anak kita saat ini, dimana kita hidup dalam  zaman yang sudah serba canggih, budaya yang semakin majemuk, zaman dimana sudah mampu melampoi batas ruang dan waktu, dimana zaman disebut zaman edan. Dimana nilai keteladanan baik dari orang tua, lingkungan, masyarakat dan pemimpin-pemimpin juga sudah menurun. Sehingga anak-anak kehilangan figure, kehilangan teladan, sehingga banyak dari meeka mengambil keteladanan melalui media massa baik yang elektronik, maupun yang tertulis, yang mana kondisi media massa sekarang lebih banyak dikuasai oleh oleh orang-orang non muslim, Akibatnya mereka meneladani figur-figur yang jauh dari nilai-nilai keislaman, nilai – nilai budaya sendiri, mereka lebih cendrung mengadopsi budaya luar yang dianggap sebagai pahlawan, bebas dan cocok untuk dirinya, sehingga  anak-anak hilang rasa hormat kepada orang tua, pakdhe, budhe, om dan tante, tetangga,masyarakat dan Negara. sebab yang masuk dalam otaknya setiap hari adalah kriminalitas, kekerasan, perkosaan, dan hidup penuh glamour.

Dalam benaknya yang ada bagaimana bisa hidup enak tanpa berusaha ( bekerja ) maka yang terjadi adalah merampok, memperkosa, berani sama orang tua, hilang rasa kesopanan, hilang rasa malu dan tidak mempunyai etika yang baik. Dengan kata lain mereka telah “ kehilangan moral “, ingin bebas sebebas-bebasnya tanpa ada yang mengganggu dan menegornya. Sehingga banyak orang tua yang kalah sama anak. Pada akhirnya  kita tidak berani memerintah anak untuk shalat, mengarahkan anak untuk berbuat baik, dan mendidik dengan keimanan yang benar.

Utuk itu mari kita kembali untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak kita agar mereka tetap menjadi orang yang beriman beraklak mulia seperti apa yang di pesankan Nabi kita ;

“ bekali anak – anakmu dengan iman dan taqwa sebab mereka hidup bukan pada zamanmu “.
Didik anak kita sedini mungkin dengan bekal iman dan taqwa. Sebab generasi mereka akan lebih sulit dibanding dengan generasi kita. Tanamkan shalat yang lima waktu sebagai pondasi yang kokoh dalam dirinya. Insya Allah dengan shalat yang kokoh mereka akan mampu menemukan jatidiri yang handal yang akan menjadi panutan bagi generasinya.

Demikian sekelumit uraian tentang hakekat Idul Adha semoga kita sebagai orang tua tetap berusaha semaksimal mungkin mendidik anak-anak kita agar selalu taat dan patuh kepada aturan – aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar