Janganlah kamu
jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada
sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang
berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya),
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa
cobaan atau ditimpa azab yang pedih. ( An – Nur : 63 )
Kalau kita melihat fenomena saat
ini bahkan setelah lengser nya Presiden Kedua Bapak Presiden Soeharto, manusia
sudah tidak menghargai orang dengan jabatannya, orang yang dituakan. Mereka memanggil
dengan tanpa memberi rasa hormat dengan jabatan yang diembannya. Mereka menganggap
sudah tidak pantas lagi menyebut bapak sekalipun bahkan mereka memanggil nama
pun dengan inisial. Sehingga dengan bangga mereka menyebut ini “ Demokrasi
Reformasi “.
Padahal Allah sendiri telah
melarang kita memanggil dengan panggilan yang tidak pantas kepada Rasul – Nya. Kemudian
kita berpikir itu kan Rasul utusan Allah kalau ini kan hanya manusia yang sama
derajatnya sama dengan kita. Kalau kita menganggap sama derajatnya sama kita
itu dalam susunan tubuh manusianya sama – sama terbuat dari air mani. Dan yang
membedakan manusia dihadapan Tuhan adalah taqwanya.
Tetapi dalam kehidupan
bermasyarakat ? ada suatu aturan yang harus kita junjung tinggi untuk
menghormati orang yang diberi kelebihan oleh Allah dan masyarakatnya. Kalau sama
dengan kita kenapa kamu tidak jadi presiden ? jangankan presiden jadi kepala rumah tangga
yang baik saja tidak mampu. Jadi jangan sombong bahwa jabatan itu tidak ada
manfaatnya. Jabatan itu diperoleh dengan kepercayaan masyarakat untuk dijadikan
orang yang dapat dijadikan panutan, dan yang pasti mempunyai kelebihan yang
banyak dari pada manusia lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar