بسم الله الر حمن الر حيم
السّلم عليكم ورحمت الله وبرّاكته
“ LUPIT “
Gambaran " Lupit " dalam versi wayang golek Ki Entus Susmono
Lupit adalah kakak
Slenteng berbadan gendut,dia berpenampilan tidak jauh berbeda dengan Slenteng
Cuma lebih perlente. Ciri utamanya berkain sarung dengan kopiah berbaju koko, bercelana serba hitam serba komprang bak jawara. Dari penampilan Lupit lebih
berwibawa, lebih keren, lebih perlente. Bicaranya menggema penuh wibawa walau kadang sedikit
pelok.
Lupit lebih
mengutamakan kejujuran mendahulukan kepentingan orang banyak dari pada
kepentingan pribadi. Dia tidak perduli dengan keadaan dirinya mau difitnah
dihina bahkan diancam hidupnyapun lupit tidak pernah mersa takut. Hanya saja
dia selalu berpikir kenapa masih ada orang – orang yang berbuat nista dan ingin
menghancurkan orang lain hanya sekedar ambisi, kepentingan pribadi, yang
dikejar semata – mata hanya dunia.
Lupit memandang
kehidupan ini tidak bedanya dengan sandiwara maka dia tidak heran dengan
tingkah polah manusia yang beragam dia hanya melihat apa adanya yang dilihat,
mendengar apa adanya yang didengar, tidak pernah memasukkan semua itu dalam
hati dan pikiranya. Lupit memandang lepas dunia ini dengan segala gerak dan
isinya semata – mata hanya memuji kebesaran Illahi. Lupit selalu berdo’a untuk
ketentraman dunia seisinya.
Lupit berpenampilan
bloon penuh wibawa, wajahnya tak pernah mengisyaratkan kesedihan yang ada
hanyalah kelugasan kejujuran dengan senyum yang selalu mengembang dibibirnya. Dia tidak pernah
berbohong walau sekecil apapun. Dia sosok yang sudah mungkur ing kadonyan. Dia hidup
sangat sederhana, merasa cukup dengan
apa yang ada tidak pernah meminta yang aneh – aneh, selalu bersyukur dengan yang
dimiliki. Semua dia pasrahkan kepada kekuasaan Allah yang mengatur segala hidup
manusia.
Dia sangat anti
kekerasan tetapi bukannya takut bila memang dibutuhkan. Masalah baginya tidak
perlu dicari tapi bila datang juga tidak harus dihindari. Semua dihadapi dengan
keyakinan bahwa kebenaran itu pasti akan menang. Bila menghadapi masalah tidak
ada musuh – musuhnya yang bisa mengalahkan sekalipun pejabat. Sebab lupit
adalah gambaran kekuatan rakyat yang mempunyai kekuatan maha dahsyat bila sudah
marah. Bahkan banyak pejabat yang mencari bila mereka menemukan masalah yang
tidak dapat diselesaikan untuk
mendapatkan solusi.
Dia seorang rakyat
yang berjiwa kyai, berjiwa ulama, berjiwa sufi ibaratnya seperti “ Abunawas “. Lupit
tidak bangga dengan pujian, tidak malu karena dihina. Hinaan, cacian serta
tuduhan yang jelek – jelek sering dilontarkan kepada dirinya tetapi dia tidak
pernah mengambil hati, dibiarkan semua
berlalu dengan berjalannya waktu. Fitnah sering ditimpakan kepada dirinya
tetapi dengan senyum dia menerima semua dan semua fitnah itu pada akhirnya
kembali kepada yang memfitnah.
Kalau sudah marah
Lupit dapat merubah apapun yang dikendaki, maka dia akan menjadi seorang satria
yang gagah perkasa dan melawan keangkara murkaan yang terjadi, semua di tumpas
dengan gagah berani. Namun setelah itu dia kembalikan kepada kedudukan yang
sebenarnya, dia tetap kembali kepada rakyat sebab dia selalu memegang amanah
yang sebenarnya.
lupit selalu memuji
kebesaran Sang Illahi. Hidupnya telah dipasrahkan total dengan qodho dan qodar
Nya. Dia tidak merasa canggung berhadapan dengan para pejabat, yang besar, tidak
merasa besar bila menghadapi rakyat yang kecil. Dia memandang kehidupan ini
sebagaimana adanya. Tidak pernah mengeluh dengan kekurangan juga tidak pernah
bangga dengan kelebihan. Bila mendapatkan nikmat dari Allah dia kembalikan
kepada yang membutuhkan, bila mendapatkan kekurangan tidak pernah mau meminta
kepada manusia.
Dia berkeyakinan
manusia itu bukan tempat meminta sebab tidak ada manusia diminta itu pasti memberi
walaupun sebenarnya mereka punya. Maka dari pada meminta manusia dengan
mengorbankan rasa malu lebih baik minta kepada Allah yang memelihara hidupnya.
Dia tidak pernah
menyembunyikan tangannya untuk memberi bantuan kepada setiap manusia walaupun
dia sendiri kekurangan. Dalam hidupnya tertanam keyakinan :
“ tangan diatas lebih
baik dari pada tangan dibawah “.
Dan bersemboyan :
“ Kalau memang itu rezkiku
pasti akan samapai ketanganku, bila itu bukan rezkiku maka akan hilang dari tanganku “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar