Minggu, 24 Juni 2012

" Ranah Cirebonan "


" Ranah Cirebonan "

Saudaraku cerita ini saya sadur dari buku  : Babad Tanah Sunda  / Babad Cirebon.
Penyusun : P.S. Sulendraningrat. Mohon maaf bila ada kekhilafan dalam penyuntingan atau alur cerita.

1.       NEGARA PAJAJARAN

Pertama – tama yang diceritakan perjalanan hidup Pangeran Walang Sungsang, hingga datang ceritaan Yang Sinuhun Susuhunan Cirebon.
Adapun yang dibuka oleh cerita ini adalah menceritakan suatu Praja / Kerajaan di Pejajaran Ratu Agung tanah Sunda yang bernama Sri Sang Ratu Dewata Wisesa, masyhur di sebut : “ Sri Maha Prabu Siliwangi “. Beristri tiga orang  : Ambetkasih, Aci Bedaya, dan Permaisuri Ratu Subanglarang. Sang Prabu berputra empat puluh orang.

Ambetkasih istri pertama putri Ki Gedeng Sindangkasih, seorang Syah Bandar di Cirebon yang sangat terkenal dan mempunyai kekuasaan yang kuat dan besar.

Subang larang istri kedua putri Ki Gedeng Tapa, cucu dari Ki Gedeng Sindangkasih. Subanglarang sebagai permaisuri Sang Baduga Prabu Siliwangi. Berputra tiga orang : Raden Walangsungsang, Nyai Larasantang, dan Raden Raja Sangara.

Acibedaya / aciputih putrid dari Ki Dampu Awang

Pada suatu pasewakan agung  di mana semua sentana raja menghadap Sang Prabu bersabda : “ Wahai anakku Walangsungsang , aku lihat engkau bermuram durja , semu prihatin tidak sama dengan sesama yang kumpul duduk. Apa yang menjadi kesedihan engkau, bukankah engkau calon Prabu Anom yang bakal memangku Negara ? atau ada putri yang engkau inginkan, beritahu saja  sama kanjeng rama putri mana yang engkau sukai, jangan engkau bersedih hati tidak baik bagi seorang pangeran bersedih hati, hanya akan membuat pribawa kraton suram “.

Sang putra menjawab dengan kidmad sambil menundukkan kepala : “ Duhai Gusti, murka Dalem yang hamba mohon, karena tadi malam hamba bermimpi bertemu dengan seorang lelaki yang elok dan Agung memberi wejangan Agama Islam sareat Jeng Nabi Muhammad yang jadi utusan Yang Widi, namun menyesal sekali belum tuntas hamba telah terjaga. Sekarang hamba rindu sekali kepada Agama Islam ,dan ingin belajar mengingat tidak adanya guru untuk meneruskan pelajaran Agama Islam itu , maka mohon izinkan hamba untuk mencari “.

Sang Prabu berkata sambil tersenyum : “ Wahai Walang sungsang anakku engkau anak muda jangan  terlanjur, engkau kena sihir , kena bius Muhammmad yang mengaku anutan , yang jadi dutanya Widi, sungguh dusta seenak nafsunya , karena anutan itu sesungguhnya ya  : “ Yuang Brahma, Yuang Wisnu “ itu sesungguhnya agama Dewa yang mulia. Yang Jagat Nata Pangerannya orang setriloka. Sejak dahulu hingga sekarang para leluhur tidak menghendaki robah “.

Walangsungsang menjawab sambil menyembah : “ Duhai Gusti mohon ampunan Dalem, pengerian , kebijaksanaan dan pemaafan Dalem yang hamba mohonkan, karena hamba lebih condong / suka sareat  Jeng Nabi Muhammmad dan sesungguhnya Illahi yang wajib disembah itu melainkan Allah yang tiada sekutu sesama yang baharu ( makluk ) “.

Sang Prabu murka , karena Sang Putra tidak patuh, bertentangan dengan agamanya . sang Putra dimarahi dan diusir dari Praja Pejajaran.Walangsungsang menjadi suka hati , segera pamit , menghindar dari hadapan Sang Prabu keluar sudah dari Istana, terus berjalan masuk hutan keluar hutan naik gunung turun gunung menuju kearah timur .

Ratu Mas Rarasantang sedang rindu kepada kakaknya, Walangsungsang , menangis siang malam selama empat hari akhirnya Rarasantang bermimpi bertemu dengan seorang lelaki pula yang berupa satria lagi berbau harum memberi pelajaran agama Islam, menyuruh berguru sareat Jeng Nabi Muhammad dan diramal kelak mempunyai suami Ratu Islam dan akan mempunyai anak lelaki yang punjul . Rarasantang segera terbangaun , ingat kepada impiannya  lalu keluar dari kraton ,tanpa ada yang tahu menyusul kakaknya Walangsungsang terus berjalan.

Diceritakan didalam kraton geger panik, karena Sang Putri menghilang meloloskan diri tanpa bekas . Jeng Ratu Subanglarang sangat sedih hatinya menangis menyungkemi Sang Prabu karena kedua putranya hilang. Sang Prabu kaget sekali, segera memanggil menghadap seluruh para putra sentana, Patih , Bupati, para wadya berkumpul Sang Prabu berkata : “ Hai Patih Argatala , Dipati Siput, sekarang carilah Putraku, Dewi Rarasantang hilang dari kraton dan Walangsungsang disuruh pulang. Sungguh jangan pulang bila tidak membawa kedua putraku “.

Patih Argatala menjawab sendika. Ia segera keluar dari kraton mengumumkan kepada seluruh para wadyabala di Pajajaran.  Seluruh rakyat Pajajaran geger dan  panik  lalu seluruh sentona  punggawa menyebar keberbagai penjuru mencari kedua putra Sang Prabu. Patih Argatala mencarinya dengan laku bertapa menuruti perjalanan pendeta. Dipati Siput mencarinya memasuki hutan menuruti perjalanan khewan. Para putra pada bertapa atau berlaku sebagai dukun, sebagian membangun kerajaan. Para wadyabala bubar ke masing – masing tujuannya mereka takut tidak berani pulang sebelum mendapat karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar