“ Manusia Itu
Sungguh Sangat Kikir “
“ Dengan
Hartanya “
وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَاللهَ لَئِنْ آتَانَا
مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّ قَنَّ وَلَنَكُوْنَنَّ مِنَ الصَّا لِحِيْنَ. فَلَمَا
اَتَا هُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوْابِهِ وَتَوَلُّوْا وَهُمْ مُعْرِضُوْنَ
“ Dari antara mereka ada yang berjanji kepada Allah : Sungguh
apabila Dia ( Allah ) memberikan kepada kami akan anugerah – Nya, niscaya kami
akan mendermakannya dan kami akan termasuk orang – orang yang shalih. Tatkala
mereka telah diberi anugerahnya, mereka berlaku kikir terhadap pemberian itu
dan mereka berpaling sedang mereka sama menentang “ . ( QS : Attaubah : 75 – 76
).
Saudaraku yang saya
hormati ……………………………………………………
Manusia itu selalu
berkeluh kesah dalam menghadapi kesulitan hidup. Jangankan sampai dalam kondisi
papa dan tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk merobah nasibnya. Dalam
kondisi masih mampu saja sifat manusia itu selalu berkeluh kesah dengan berkata
serba kekurangan. Dan itulah manusia dalam menghadapi hidup di dunia ini.
Jangankan orang mlarat orang kaya sekalipun tidak pernah keluar kata – kata untuk
bersyukur kepada Allah untuk menerima nikmat yang telah diberikan. Mereka
merasa takut bila diminta, merasa takut kalau kehilangan, merasa takut kalau
kurang dan sebagainya. Jadi yang ada hanya keluh kesah serba kurang, meminta
dan meminta, seakan tak ada kata lain selain meminta dan kurang. Tidak ada
manusia itu ingin memberi, bahkan yang ada mereka ingin memiliki walaupun itu
milik orang yang tidak mampu sekalipun.
Biar yang lain kurang, biar yang lain
tidak makan, biar yang lain mati asal dirinya selamat. Itulah manusia. Ibarat kata
jagad diemperi dan dunia diberikan kepadanya mereka masih merasa kurang dan
ingin lebih lagi dengan berbagai macam alasan. Ada yang pingin dihormat karena pangkatnya,
ada yang pingin dipuji – puji karna hartanya. Ada yang pingin disanjung karena
keberhasilannya, ada yang pingin diamggap ningrat karena keturunannya, dan
segala bentuk tetek bengek yang membuat dirinya diakui lebih hebat dari manusia
lainnya. Pendek kata mereka harus nomor satu dan paling hebat, dalam segala hal.
Saat susah manusia itu
selalu merintih – rintih, menghiba – hiba, rajin menjalankan semua perintah
Allah dengan harapan agar Allah segera mengangkat dan mengeluarkan dari semua
penderitaan.
Mereka rajin shalat,
jangankan yang wajib / shalat lima waktu, shalat sunnahpun dikerjakan, kalau perlu sholat “ tetek
bengekpun “ juga dikerjakan tetapi tujuannya bukan semata – mata ibadah
tapi semata – mata hanya ingin mendapatkan dunia.
Mereka rajin
mengerjakan segala macam puasa jangankan hanya puasa wajib / puasa romadhon, puasa
sunnah senen kemis, puasa “ tetek bengekpun “ dikerjakan
asal bisa mendapatkan harta dunia.
Mereka rajin
mendermakan hartanya jangankan hanya zakat, infaq dan shodaqoh kalau kalau perlu “ tetek
bengek infaq shodaqoh “ dikeluarkan tapi bukan untuk lillah, tapi semata
– mata hanya untuk tujuan dunia.
Mereka bersilaturahmi
kepada para Kyai, Ulama, kalau perlu para “ pandai tetekbengekpun
“ juga didatangi selama bisa mendatangkan dunia. ( Para normal, kuburan, pohon,
jin setan dll ). Mereka melakukan semua itu tujuannya hanya untuk mendapatkan
dunia.
Saudaraku
…………………………………………
Kalau dengan usahanya
itu ( shalat, puasa, zakat, infaq, shodaqoh, bersilaturahmi ) itu memberikan hasil, dalam urusan dunianya
maka mereka akan merasa bangga dan memuji – muji kebesaran Allah “ sesaat “ , setelah berlalunya waktu mereka lupa dan
menganggap semua apa yang telah didapat itu semata – mata karena usahanya.
Kemudian mereka mengabarkan kepada seluruh manusia yang ditemui dengan
bangganya bahwa mereka berhasil dengan sebab : " tetekbengek shalatnya, tetekbengek
puasanya, tetekbengek zakatnya, tetekbengek infaqnya, tetekbengek shodaqohnya,
tetekbengek silaturahminya, dan segala macam tetekbengek yang lainnya ". Pendek
kata semua yang berhungan dengan keberhasilannya dalam mendapatkan dunia itu
mereka merasa bangga, dengan mulut berbusa – busa menceritakan kepada manusia.
Setelah itu biasanya semua ibadah yang dia kerjakan mulai ditinggalkan seiring
berjalannya waktu, kemudian timbul sifat sombong dan takabur diiringi sifat
pelit, kikir, medit bin kedekut.
Saudaraku yang budiman
…………………………………………………………………………………………..
Tetapi andaikata dalam
usaha dengan ibadahnya itu menemui kegagalan maka mereka menjadi prustasi kemudian
menyalahkan Allah, bahkan mereka berani mencaci maki Allah dan menganggap Allah
itu tidak adil. Mereka berkata : " apa salahku ? apa dosaku ? kurang apa saya " ?
semua keluh kesah itu ditujukan untuk menghujat Allah, memprotes kebijaksanaan-
Nya. Akhirnya mereka menjadi prustasi dan capai dalam beribadah sehingga
menganggap sia – sia semua ibadahnya, shalatnya, puasanya, zakatnya, infaqnya, shodaqohnya,
silaturohminya. Sebab semua yang dijalankan tadi ada embel – embel tetek bengeknya
selain Allah, hanya untuk mendapatkan dunia.
Padahal semua ibadah
yang kita lakukan selain dengan keiklasan semata – mata mengharap ridho Allah
akan berujung penyesalan, ketidak puasan, kekecewaan, marah, benci. Sebab
ibadah itu bukan semata – mata untuk mendatangkan harta dunia tetapi semua
ibadah itu untuk menggiring kita agar dalam menghadapi dunia tidak rakus, tidak
tamak, tidak serakah, tidak mementingkan diri sendiri, tetapi dengan ibadah itu
untuk membentengi diri kita bila menghadapi kegagalan dan keterpurukan, kita
akan kembali dan bersandarkan kepada kebesaran Allah. Sebab apapun yang terjadi
ini semua semata- mata hanya untuk menguji iman kita.
Sadaraku yang dikasihi
Allah SWT ………………………………………………………………………
Ada sebuah riwayat dimasa
Rasulullah, ada seorang sahabat yang bernama Tsa’labah seorang yang
mlarat, rat….rat pada zamannya. Dia
hanya mempunyai sebuah sarung yang dipakai untuk shalat dan harus dipergunakan
bergantian dengan istrinya di rumah. Maka setiap selesai shalat dia langsung
buru- buru pulang agar istrinya bisa shalat dan tidak ketinggalan waktu.
Rasulullah selalu memperhatikan Tsa’laba dengan perbuatannya tersebut. Pada
suatu hari rasulullah menegur Tsa’laba :
“ wahai Tsa’laba
mengapa kamu sehabis shlalat langsung buru – buru meninggalkan masjid tidak mau
berzikir barang sesaat, seperti yang lain ? perbuatanmu itu seperti perbuatan
orang munafiq “.
Mendapat tegoran itu
Tsa’laba hatinya berbunga – bunga dan rupanya ini yang ditunggu – tunggu untuk
dapat mengadukan masalahnya kepada Rasulullah.
“ Wahai Rasulullah
saya ini orang paling mlarat di tempat ini, saya hanya punya satu kain sarung yang
dipergunakan oleh saya dan istri saya untuk shalat, saat saya shalat di masjid
istri saya telanjang di rumah menunggu saya pulang baru shalat dengan memakai
sarung yang saya pakai ini ya Rasulullah, oleh karena itu saya mohon do’akan
saya agar Allah memberikan keluasan rezki berupa harta agar aku dapat membeli
sarung dan memenuhi kebutuhanku sehingga aku akan lebih kusyu shalat di masjid
ya Rasulullah “
Sabda Rasulullah :
“
Wahai Tsa’laba sedikit tetapi kamu bisa mensyukuri itu lebih baik dari pada
banyak tapi akan menyesatkan kamu, sedang kamu tidak kuat menerimanya “
Tsa’laba pulang sampai
di rumah istrinya marah – marah karena Tsa’laba datangnya terlambat dan waktu
shalat hampir habis. Tsa’laba memberikan alasan bahwa tadi ditegur Rasulullah
sebab saya tidak pernah berzikir seperti yang lain.
Trus apa jawabmu ? kata istri Tsa'laba.
Maka saya jawab :
“Wahai Rasulullah saya
ini orang paling mlarat di tempat ini, saya hanya punya satu kain sarung yang
dipergunakan oleh saya dan istri saya untuk shalat, saat saya shalat di masjid
istri saya telanjang di rumah menunggu saya pulang baru shalat dengan memakai
sarung yang saya pakai ini ya Rasulullah, oleh karena itu saya mohon do’akan
saya agar Allah memberikan keluasan rezki berupa harta agar aku dapat membeli
sarung dan memenuhi kebutuhanku sehingga aku akan lebih kusyu shalat di masjid
ya Rasulullah “
Jawab istrinya :
“ o …….
iya bagus – bagus terus gimana jawab Rasulullah dengan itu “ ?
Rasulullah menjawab :
“ Wahai Tsa’laba
sedikit tetapi kamu bisa mensyukuri itu lebih baik dari pada banyak tapi akan
menyesatkan kamu, sedang kamu tidak kuat menerimanya “
Kata istrinya : “ Trus
kamu kata apa “
Jawab Tsa’laba : “ ya
saya ga jawab apa – apa saya takut dengan Rasulullah “
Kata istrinya : “ Kamu
ini bagaimana untuk bisa bertemu dengan Rasulullah itu tidak mudah ini ada
kesempatan, bisa ketemu dan diajak bicara kenapa kamu sia – siakan ? padahal kalau kamu mau meminta pasti Rasulullah akan mendo’akan kamu, ingat bahwa do’a
Rasulullah itu pasti mustajab. Maka nanti kalau kamu diajak berbicara lagi
dengan Rasulullah minta supaya dido’akan supaya hidup kita berubah menjadi
lebih baik. Memang kamu mau jadi orang mlartat terus ? itu kesempatan ingat itu
“
Hari berikutnya begitu
selesai shalat Tsa’laba sudah siap siap ingin kabur tetapi ini hanya
dengan kepura- puraannya agar ditegor lagi oleh Rasulullah. Benar saja
Rasulullah menegur kembali :
“ Tidak bisakah kamu berhenti sejenak walau hanya
mengucapkan astagfirullah Tsa’laba “ ?
“ Tidak bisa ya Rasulullah
kasihan istri saya menunggu kain yang saya pakai ini. Gara – gara kemarin saya
datang terlambat istri saya hampir – hampir terlamnbat shalatnya. Maka saya
mohon sudilah Engkau mendo’akan aku agar Allah memberikan keluasan rezki berupa
harta agar aku dapat hidup kecukupan agar lebih kusyu dalam beribadah ya
Rasulullah “
Kata Rasulullah : “
Tidakkah ada teladan yang bagus pada diri Rasulullah untukmu, demi Allah yang
jiwa saya ditangan – Nya, kalau sekiranya saya menghendaki gunung – gunung itu
menjadi emas dan perak niscaya Allah pasti akan menjadikan gunung – gunung itu
menjadi emas dan perak untukku. Tetapi apakah aku lebih kaya dari pada yang
lainnya “ ?
Kemudian Tsa’laba
tidak bisa berucap apa – apa dan kembali ke rumah dengan tergesa – gesa sebab
takut istrinya terlambat shalat. Sampai di rumah belum sempat bicara apa – apa
istrinya sudah membrondong dengan berbagai macam pertanyaan dari pada
mementingkan shalat.
“ Bagai mana bang
ketemu dengan Rasululllah lagi ga dan ditanya apa lagi bang “ ?
Jawab Tsa’laba : “
Ketemu dan ditanya lagi saya sudah ajukan permohonon tapi belum dikabulkan juga
“
“ Apa kata rasulullah
bang "
Istrinya malah tidak shalat – shalat, malah bertanya melulu takut kehilangan
berita penting.
Jawab rasulullah : “ Tidakkah ada teladan yang
bagus pada diri Rasulullah untukmu, demi Allah yang jiwa saya ditangan – Nya,
kalau sekiranya saya menghendaki gunung – gunung itu menjadi emas dan perak
niscaya Allah pasti akan menjadikan gunung – gunung itu menjadi emas dan perak
untukku. Tetapi apakah aku lebih kaya dari pada yang lainnya “ ?
Kata istrinya : “ Trus
abang jawabnya apa “ ?
Tsa’laba : “ Apa yang
mau saya jawab, saya ga berani menjawab memang jawaban Rasulullah itu benar adanya
“
Istrinya : “ Kamu itu
gimana sih bang itu Rasulullah imannya kuat dan dijamin Allah dalam
kehidupannya tapi kita ? Bilang aja bang besuk kalau ditanya lagi bilang
saja kalau Rasulullah kuat tapi tidak dengan saya maka paksakan Rasulullah untuk
mendo’akan kita, agar kita bisa lebih kusyu’ dalam beribadah. Kapan lagi kamu mempunyai kesempatan bertemu dengan
Rasulullah “
Pada hari ketiganya
Tsa’laba berbuat seperti hari – hari sebelumnya dan itu juga mendapat respon
dari Nabi dan berkata :
“ Wahai Tsa’laba tidakkah ada waktu barang sesaat untuk
berzikir kepada Allah “ ?
Maka dengan dengan
segala upaya Tsa’laba untuk meyakinkan Nabi agar mau mendo’akan agar jadi orang
yang berkecukupan dalam hal rezki harta. Maka nabipun pada akhirnya mengabulkan
permintaan Tsa’laba dan berdo’a :
“ Ya Allah berikanlah
kepada Tsa’laba akan rezki harta “
Kemudian Tsa’laba
diberi seekor kambing oleh Rasulullah dan kambing itu dengan cepat beranak
pinak, dalam waktu yang singkat kambing – kambing itu telah memenuhi kota Madinah. Tsa’laba semakin
disibukkan dengan kambing – kambingnya hingga penggembalaannya keluar dari
Madinah.
Semula sebelum banyak
kambingnya benar – benar Tsa’laba semakin rajin ke masjid dan selalu berzikir
seperti yang diharapkan Rasulullah. Tetapi semakin hari– semakin jauh dia
menggembalakan kambingnya hingga keluar Madinah pergi pagi pulang petang, sehingga
shalatnya semakin tidak teratur. Yang biasanya setiap waktu pasti tidak
ketinggalan sekarang tinggal bisa shalat
magrib dan subuh.
Semakin lama magrib dan subuhpun sudah jarang kelihatan hanya
hari Jum’at. Begitu seterusnya hingga pada akhirnya sama sekali tidak kelihatan
ke masjid selain hari Raya Idul Fitri dan Idul Addha.
Suatau hari Rasulullah
teringat kepada Tsa’laba dan bertanya kepada para sahabatnya :
“ Apa yang diperbuat
oleh Tsa’laba “ ?
Jawab para sahabat :
“ Ya Rasulullah dia
telah beternak kambing hingga jurangpun tidak memadai “
Jawab Rasulullah :
“ Celaka Tsa’laba “
Maka turunlah ayat
yang mewajibkan zakat seperti tersebut diatas. Rasulullah mengutus dua orang
laki – laki untuk menarik zakat kepada orang – orang yang mampu dan pada
akhirnya mereka sampai juga kepada Tsa’laba dan menyampaikan pesan Rasulullah
kepada Tsa’ laba untuk mengeluarkan zakatnya. Tsa’laba tidak memberi bahkan
berkata :
“ Ini hanyalah pajak
atau yang semitsal , pulanglah kalian saya akan memikirkannya dulu “.
Ketika kedua utusan
itu sudah sampai dan mau melapor kepada Rasulullah sebelum melapor Rasulullah
telah berkata :
“ Celaka Tsa’laba yang
kedua kalinya “.
Saat itu ada sanak
kerabat Tsa’laba yang mendengar sabda Rasulullah ayat itu turun kemudian
mencari Tsa’laba dan menceritakan peristiwa itu kepada Tsa’laba.
Kemudian Tsa’laba
menemui Nabi dengan membawa shadaqoh.
Nabi bersabda :
“ Sungguh Allah melarang
saya menerima shadaqoh dari kamu “
Tsa’laba menyesal dan
menaburkan pasir dikepalanya.
Rasul bersabda :
“ Ini adalah
perbuatanmu sendiri yang sungguh aku telah memerintahkan engkau untuk shadaqoh
tapi tidak kamu laksanakan “.
Hal ini hinggga Nabi
wafat dan digantikan oleh Abu Bakar, Tsa’laba pun berusaha untuk memberikan
zakatnya :
“ Terimalah zakat saya
ini wahai Amirul Mukminin “ .
Abu Bakar menjawab :
“ Bagaimana mungkin
aku akan menerima zakatmu Tsa’laba ? sedang Yang Mulia Rasulullah saja tidak
mau menerimanya “ ?
Hal ini berlanjut
hingga Kekhalifahan Sayidina Umar bin Khatab. Tsa’labapun masih berharap dapat
memberikan zakatnya :
“ Terimalah shadaqoh
saya ini wahai Amirul Mukminin “.
Jawab Sayidina Umar :
“ bagaimana aku akan
menerima shadaqohmu Tsa’laba, sedang yang Mulia Rasulullah dan yang benar Abu
Bakar saja tidak mau menerima “.
Kemudian digantikan
oleh Sayidinan Utsman dan Tsa’laba masih tetap berharap untuk menyerahkan
zakatnya :
“ Terimalah zakatku
ini wahai Amirul Mu’minin “.
Jawab Sayidina Utsman
:
“ Bagaimana aku akan
menerima zakatmu sedang yang Mulia Rasulullah saja tidak mau menerima dan kedua
penghuluku juga tidak mau menerima apalagi saya ? bawa pulang lah semua zakatmu
ini wahai Tsa’laba “.
Hingga akhri hidupnya
tsa’laba menyesali perbuatannya, dan semua siksa ini disebabkan karena
kekikirannya disebabkan sangat cintanya kepada harta dunia.
Saudaraku yang
diRahmati oleh Allah SWT ………………………………………………………………………….
Dengan gambaran yang
seperti itu maka janganlah kita merasa bangga denga harta yang kita miliki
kalau kita tidak dapat membelanjakan kepada yang haq demi kemuliaan agama kita.
Mari kita berlomba – lomba untuk beramal denga apapun yang kita miliki. Selemah
– lemah amal adalah dengan senyuman maka tebarkan senyum demi saudara kita,
sejukkan hatinya dengan senyum yang manis sesama kita. amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar