Sabtu, 23 Juni 2012

" Manusia Itu Sangat Kikir "


“ Manusia Itu Sungguh Sangat Kikir “
“ Dengan Hartanya “

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَاللهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّ قَنَّ وَلَنَكُوْنَنَّ مِنَ الصَّا لِحِيْنَ. فَلَمَا اَتَا هُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوْابِهِ وَتَوَلُّوْا وَهُمْ مُعْرِضُوْنَ

“ Dari antara mereka ada yang berjanji kepada Allah : Sungguh apabila Dia ( Allah ) memberikan kepada kami akan anugerah – Nya, niscaya kami akan mendermakannya dan kami akan termasuk orang – orang yang shalih. Tatkala mereka telah diberi anugerahnya, mereka berlaku kikir terhadap pemberian itu dan mereka berpaling sedang mereka sama menentang “ . ( QS : Attaubah : 75 – 76 ).

Saudaraku yang saya hormati ……………………………………………………

Manusia itu selalu berkeluh kesah dalam menghadapi kesulitan hidup. Jangankan sampai dalam kondisi papa dan tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk merobah nasibnya. Dalam kondisi masih mampu saja sifat manusia itu selalu berkeluh kesah dengan berkata serba kekurangan. Dan itulah manusia dalam menghadapi hidup di dunia ini. Jangankan orang mlarat orang kaya sekalipun tidak pernah keluar kata – kata untuk bersyukur kepada Allah untuk menerima nikmat yang telah diberikan. Mereka merasa takut bila diminta, merasa takut kalau kehilangan, merasa takut kalau kurang dan sebagainya. Jadi yang ada hanya keluh kesah serba kurang, meminta dan meminta, seakan tak ada kata lain selain meminta dan kurang. Tidak ada manusia itu ingin memberi, bahkan yang ada mereka ingin memiliki walaupun itu milik orang yang tidak mampu sekalipun. 

Biar yang lain kurang, biar yang lain tidak makan, biar yang lain mati asal dirinya selamat. Itulah manusia. Ibarat kata jagad diemperi dan dunia diberikan kepadanya mereka masih merasa kurang dan ingin lebih lagi dengan berbagai macam alasan. Ada yang pingin dihormat karena pangkatnya, ada yang pingin dipuji – puji karna hartanya. Ada yang pingin disanjung karena keberhasilannya, ada yang pingin diamggap ningrat karena keturunannya, dan segala bentuk tetek bengek yang membuat dirinya diakui lebih hebat dari manusia lainnya. Pendek kata mereka harus nomor satu dan paling hebat, dalam segala hal.

Saat susah manusia itu selalu merintih – rintih, menghiba – hiba, rajin menjalankan semua perintah Allah dengan harapan agar Allah segera mengangkat dan mengeluarkan dari semua penderitaan. 
Mereka rajin shalat, jangankan yang wajib / shalat lima waktu, shalat sunnahpun dikerjakan,  kalau perlu sholat “ tetek bengekpun “ juga dikerjakan tetapi tujuannya bukan semata – mata ibadah tapi semata – mata hanya ingin mendapatkan dunia.

Mereka rajin mengerjakan segala macam puasa jangankan hanya puasa wajib / puasa romadhon, puasa sunnah senen kemis, puasa “ tetek bengekpun “ dikerjakan asal bisa mendapatkan harta dunia.

Mereka rajin mendermakan hartanya jangankan hanya zakat, infaq dan shodaqoh kalau  kalau perlu “ tetek bengek infaq shodaqoh “ dikeluarkan tapi bukan untuk lillah, tapi semata – mata hanya untuk tujuan dunia.

Mereka bersilaturahmi kepada para Kyai, Ulama, kalau perlu para “ pandai tetekbengekpun “ juga didatangi selama bisa mendatangkan dunia. ( Para normal, kuburan, pohon, jin setan dll ). Mereka melakukan semua itu tujuannya hanya untuk mendapatkan dunia.

Saudaraku …………………………………………

Kalau dengan usahanya itu ( shalat, puasa, zakat, infaq, shodaqoh, bersilaturahmi )  itu memberikan hasil, dalam urusan dunianya maka mereka akan merasa bangga dan memuji – muji kebesaran Allah “ sesaat “ , setelah berlalunya waktu mereka lupa dan menganggap semua apa yang telah didapat itu semata – mata karena usahanya. Kemudian mereka mengabarkan kepada seluruh manusia yang ditemui dengan bangganya bahwa mereka berhasil dengan sebab : " tetekbengek shalatnya, tetekbengek puasanya, tetekbengek zakatnya, tetekbengek infaqnya, tetekbengek shodaqohnya, tetekbengek silaturahminya, dan segala macam tetekbengek yang lainnya ". Pendek kata semua yang berhungan dengan keberhasilannya dalam mendapatkan dunia itu mereka merasa bangga, dengan mulut berbusa – busa menceritakan kepada manusia. Setelah itu biasanya semua ibadah yang dia kerjakan mulai ditinggalkan seiring berjalannya waktu, kemudian timbul sifat sombong dan takabur diiringi sifat pelit, kikir, medit bin kedekut.

Saudaraku yang budiman …………………………………………………………………………………………..
Tetapi andaikata dalam usaha dengan ibadahnya itu menemui kegagalan maka mereka menjadi prustasi kemudian menyalahkan Allah, bahkan mereka berani mencaci maki Allah dan menganggap Allah itu tidak adil. Mereka berkata : " apa salahku ? apa dosaku ? kurang apa saya " ? semua keluh kesah itu ditujukan untuk menghujat Allah, memprotes kebijaksanaan- Nya. Akhirnya mereka menjadi prustasi dan capai dalam beribadah sehingga menganggap sia – sia semua ibadahnya, shalatnya, puasanya, zakatnya, infaqnya, shodaqohnya, silaturohminya. Sebab semua yang dijalankan tadi ada embel – embel tetek bengeknya selain Allah, hanya untuk mendapatkan dunia.

Padahal semua ibadah yang kita lakukan selain dengan keiklasan semata – mata mengharap ridho Allah akan berujung penyesalan, ketidak puasan, kekecewaan, marah, benci. Sebab ibadah itu bukan semata – mata untuk mendatangkan harta dunia tetapi semua ibadah itu untuk menggiring kita agar dalam menghadapi dunia tidak rakus, tidak tamak, tidak serakah, tidak mementingkan diri sendiri, tetapi dengan ibadah itu untuk membentengi diri kita bila menghadapi kegagalan dan keterpurukan, kita akan kembali dan bersandarkan kepada kebesaran Allah. Sebab apapun yang terjadi ini semua semata- mata hanya untuk menguji iman kita.

Sadaraku yang dikasihi Allah SWT ………………………………………………………………………

Ada sebuah riwayat dimasa Rasulullah, ada seorang sahabat yang bernama Tsa’labah seorang yang mlarat,  rat….rat pada zamannya. Dia hanya mempunyai sebuah sarung yang dipakai untuk shalat dan harus dipergunakan bergantian dengan istrinya di rumah. Maka setiap selesai shalat dia langsung buru- buru pulang agar istrinya bisa shalat dan tidak ketinggalan waktu. Rasulullah selalu memperhatikan Tsa’laba dengan perbuatannya tersebut. Pada suatu hari rasulullah menegur Tsa’laba :

“ wahai Tsa’laba mengapa kamu sehabis shlalat langsung buru – buru meninggalkan masjid tidak mau berzikir barang sesaat, seperti yang lain ? perbuatanmu itu seperti perbuatan orang munafiq “.

Mendapat tegoran itu Tsa’laba hatinya berbunga – bunga dan rupanya ini yang ditunggu – tunggu untuk dapat mengadukan masalahnya kepada Rasulullah.

“ Wahai Rasulullah saya ini orang paling mlarat di tempat ini, saya hanya punya satu kain sarung yang dipergunakan oleh saya dan istri saya untuk shalat, saat saya shalat di masjid istri saya telanjang di rumah menunggu saya pulang baru shalat dengan memakai sarung yang saya pakai ini ya Rasulullah, oleh karena itu saya mohon do’akan saya agar Allah memberikan keluasan rezki berupa harta agar aku dapat membeli sarung dan memenuhi kebutuhanku sehingga aku akan lebih kusyu shalat di masjid ya Rasulullah “

Sabda Rasulullah : 
“ Wahai Tsa’laba sedikit tetapi kamu bisa mensyukuri itu lebih baik dari pada banyak tapi akan menyesatkan kamu, sedang kamu tidak kuat menerimanya “

Tsa’laba pulang sampai di rumah istrinya marah – marah karena Tsa’laba datangnya terlambat dan waktu shalat hampir habis. Tsa’laba memberikan alasan bahwa tadi ditegur Rasulullah sebab saya tidak pernah berzikir seperti yang lain. 
Trus apa jawabmu ? kata istri Tsa'laba.

Maka saya jawab :

“Wahai Rasulullah saya ini orang paling mlarat di tempat ini, saya hanya punya satu kain sarung yang dipergunakan oleh saya dan istri saya untuk shalat, saat saya shalat di masjid istri saya telanjang di rumah menunggu saya pulang baru shalat dengan memakai sarung yang saya pakai ini ya Rasulullah, oleh karena itu saya mohon do’akan saya agar Allah memberikan keluasan rezki berupa harta agar aku dapat membeli sarung dan memenuhi kebutuhanku sehingga aku akan lebih kusyu shalat di masjid ya Rasulullah “

Jawab istrinya : 

“ o ……. iya bagus – bagus terus gimana jawab Rasulullah dengan itu “ ?

Rasulullah menjawab :

“ Wahai Tsa’laba sedikit tetapi kamu bisa mensyukuri itu lebih baik dari pada banyak tapi akan menyesatkan kamu, sedang kamu tidak kuat menerimanya “

Kata istrinya : “ Trus kamu kata apa “

Jawab Tsa’laba : “ ya saya ga jawab apa – apa saya takut dengan Rasulullah “

Kata istrinya : “ Kamu ini bagaimana untuk bisa bertemu dengan Rasulullah itu tidak mudah ini ada kesempatan, bisa ketemu dan diajak bicara kenapa kamu sia – siakan ? padahal kalau kamu mau meminta pasti Rasulullah akan mendo’akan kamu, ingat bahwa do’a Rasulullah itu pasti mustajab. Maka nanti kalau kamu diajak berbicara lagi dengan Rasulullah minta supaya dido’akan supaya hidup kita berubah menjadi lebih baik. Memang kamu mau jadi orang mlartat terus ? itu kesempatan ingat itu “

Hari berikutnya begitu  selesai shalat Tsa’laba sudah siap siap ingin kabur tetapi ini hanya dengan kepura- puraannya agar ditegor lagi oleh Rasulullah. Benar saja Rasulullah menegur kembali : 

“ Tidak bisakah kamu berhenti sejenak walau hanya mengucapkan astagfirullah Tsa’laba “ ?

“ Tidak bisa ya Rasulullah kasihan istri saya menunggu kain yang saya pakai ini. Gara – gara kemarin saya datang terlambat istri saya hampir – hampir terlamnbat shalatnya. Maka saya mohon sudilah Engkau mendo’akan aku agar Allah memberikan keluasan rezki berupa harta agar aku dapat hidup kecukupan agar lebih kusyu dalam beribadah ya Rasulullah “

Kata Rasulullah : “ Tidakkah ada teladan yang bagus pada diri Rasulullah untukmu, demi Allah yang jiwa saya ditangan – Nya, kalau sekiranya saya menghendaki gunung – gunung itu menjadi emas dan perak niscaya Allah pasti akan menjadikan gunung – gunung itu menjadi emas dan perak untukku. Tetapi apakah aku lebih kaya dari pada yang lainnya “ ?

Kemudian Tsa’laba tidak bisa berucap apa – apa dan kembali ke rumah dengan tergesa – gesa sebab takut istrinya terlambat shalat. Sampai di rumah belum sempat bicara apa – apa istrinya sudah membrondong dengan berbagai macam pertanyaan dari pada mementingkan shalat.

“ Bagai mana bang ketemu dengan Rasululllah lagi ga dan ditanya apa lagi bang “ ?

Jawab Tsa’laba : “ Ketemu dan ditanya lagi saya sudah ajukan permohonon tapi belum dikabulkan juga “

“ Apa kata rasulullah bang " 

Istrinya malah tidak shalat – shalat, malah bertanya melulu takut kehilangan berita penting.

 Jawab rasulullah : “ Tidakkah ada teladan yang bagus pada diri Rasulullah untukmu, demi Allah yang jiwa saya ditangan – Nya, kalau sekiranya saya menghendaki gunung – gunung itu menjadi emas dan perak niscaya Allah pasti akan menjadikan gunung – gunung itu menjadi emas dan perak untukku. Tetapi apakah aku lebih kaya dari pada yang lainnya “ ?

Kata istrinya : “ Trus abang jawabnya apa “ ?

Tsa’laba : “ Apa yang mau saya jawab, saya ga berani menjawab memang jawaban Rasulullah itu benar adanya “

Istrinya : “ Kamu itu gimana sih bang itu Rasulullah imannya kuat dan dijamin Allah dalam kehidupannya tapi  kita ? Bilang aja bang besuk kalau ditanya lagi bilang saja kalau Rasulullah kuat tapi tidak dengan saya maka paksakan Rasulullah untuk mendo’akan kita, agar kita bisa lebih kusyu’ dalam beribadah. Kapan  lagi kamu mempunyai kesempatan bertemu dengan Rasulullah “

Pada hari ketiganya Tsa’laba berbuat seperti hari – hari sebelumnya dan itu juga mendapat respon dari Nabi dan berkata : 

“ Wahai Tsa’laba tidakkah ada waktu barang sesaat untuk berzikir kepada Allah “ ?

Maka dengan dengan segala upaya Tsa’laba untuk meyakinkan Nabi agar mau mendo’akan agar jadi orang yang berkecukupan dalam hal rezki harta. Maka nabipun pada akhirnya mengabulkan permintaan Tsa’laba dan berdo’a :

“ Ya Allah berikanlah kepada Tsa’laba akan rezki harta “

Kemudian Tsa’laba diberi seekor kambing oleh Rasulullah dan kambing itu dengan cepat beranak pinak, dalam waktu yang singkat kambing – kambing itu telah  memenuhi kota Madinah. Tsa’laba semakin disibukkan dengan kambing – kambingnya hingga penggembalaannya keluar dari Madinah.

Semula sebelum banyak kambingnya benar – benar Tsa’laba semakin rajin ke masjid dan selalu berzikir seperti yang diharapkan Rasulullah. Tetapi semakin hari– semakin jauh dia menggembalakan kambingnya hingga keluar Madinah pergi pagi pulang petang, sehingga shalatnya semakin tidak teratur. Yang biasanya setiap waktu pasti tidak ketinggalan sekarang tinggal  bisa shalat magrib dan subuh. 

Semakin lama magrib dan subuhpun sudah jarang kelihatan hanya hari Jum’at. Begitu seterusnya hingga pada akhirnya sama sekali tidak kelihatan ke masjid selain hari Raya Idul Fitri dan Idul Addha.

Suatau hari Rasulullah teringat kepada Tsa’laba dan bertanya kepada para sahabatnya :

“ Apa yang diperbuat oleh Tsa’laba “ ?

Jawab para sahabat :

“ Ya Rasulullah dia telah beternak kambing hingga jurangpun tidak memadai “

Jawab Rasulullah :

“ Celaka Tsa’laba “

Maka turunlah ayat yang mewajibkan zakat seperti tersebut diatas. Rasulullah mengutus dua orang laki – laki untuk menarik zakat kepada orang – orang yang mampu dan pada akhirnya mereka sampai juga kepada Tsa’laba dan menyampaikan pesan Rasulullah kepada Tsa’ laba untuk mengeluarkan zakatnya. Tsa’laba tidak memberi bahkan berkata :

“ Ini hanyalah pajak atau yang semitsal , pulanglah kalian saya akan memikirkannya dulu “.

Ketika kedua utusan itu sudah sampai dan mau melapor kepada Rasulullah sebelum melapor Rasulullah telah berkata :

“ Celaka Tsa’laba yang kedua kalinya “.

Saat itu ada sanak kerabat Tsa’laba yang mendengar sabda Rasulullah ayat itu turun kemudian mencari Tsa’laba dan menceritakan peristiwa itu kepada Tsa’laba.
Kemudian Tsa’laba menemui Nabi dengan membawa shadaqoh. 

Nabi bersabda :

“ Sungguh Allah melarang saya menerima shadaqoh dari kamu “

Tsa’laba menyesal dan menaburkan pasir dikepalanya.

Rasul bersabda :

“ Ini adalah perbuatanmu sendiri yang sungguh aku telah memerintahkan engkau untuk shadaqoh tapi tidak kamu laksanakan “.

Hal ini hinggga Nabi wafat dan digantikan oleh Abu Bakar, Tsa’laba pun berusaha untuk memberikan zakatnya :

“ Terimalah zakat saya ini wahai Amirul Mukminin “ .

Abu Bakar menjawab :

“ Bagaimana mungkin aku akan menerima zakatmu Tsa’laba ? sedang Yang Mulia Rasulullah saja tidak mau menerimanya “ ?

Hal ini berlanjut hingga Kekhalifahan Sayidina Umar bin Khatab. Tsa’labapun masih berharap dapat memberikan zakatnya :

“ Terimalah shadaqoh saya ini wahai Amirul Mukminin “.

Jawab Sayidina Umar :

“ bagaimana aku akan menerima shadaqohmu Tsa’laba, sedang yang Mulia Rasulullah dan yang benar Abu Bakar saja tidak mau menerima “.

Kemudian digantikan oleh Sayidinan Utsman dan Tsa’laba masih tetap berharap untuk menyerahkan zakatnya :

“ Terimalah zakatku ini wahai Amirul Mu’minin “.

Jawab Sayidina Utsman :

“ Bagaimana aku akan menerima zakatmu sedang yang Mulia Rasulullah saja tidak mau menerima dan kedua penghuluku juga tidak mau menerima apalagi saya ? bawa pulang lah semua zakatmu ini wahai Tsa’laba “.

Hingga akhri hidupnya tsa’laba menyesali perbuatannya, dan semua siksa ini disebabkan karena kekikirannya disebabkan sangat cintanya kepada harta dunia.

Saudaraku yang diRahmati oleh Allah SWT ………………………………………………………………………….
Dengan gambaran yang seperti itu maka janganlah kita merasa bangga denga harta yang kita miliki kalau kita tidak dapat membelanjakan kepada yang haq demi kemuliaan agama kita. Mari kita berlomba – lomba untuk beramal denga apapun yang kita miliki. Selemah – lemah amal adalah dengan senyuman maka tebarkan senyum demi saudara kita, sejukkan hatinya dengan senyum yang manis sesama kita. amiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar